- GoonerBurger 🍔
- Posts
- REWATCH: Man City vs Arsenal 0-0
REWATCH: Man City vs Arsenal 0-0
Gimana sih cara nikmatin pertandingan ini?
Saya mau mulai ini dari throwback masa-masa kuliah dulu.
Untuk mengisi waktu luang, saya dan beberapa teman dekat punya hobi menonton acara musik. Nggak ada yang spesifik, siapa aja saya tonton.
Biasanya, saya menonton penampil yang antara punya musik upbeat atau distorsi, supaya saya bisa menontonnya sambil berjingkrak karena adrenalin terpacu. Saya pikir ya itu satu-satunya cara menikmati musik.
Sampai suatu hari saya nonton musik “experimental” dengan bebunyian elektronik. Nggak sengaja karena memang mau nonton penampil setelahnya. Ya apa boleh buat, saya coba nikmati aja… Tapi gak bisa, haha.
Sayup-sayup terdengar dua “mas-mas skena” di dekat FOH, membincangkan tentang kualitas sound system dan tipe alat musik yang digunakan penampil.
Saya menguping dengan khidmat, biar siapa tau jadi bisa menikmati penampilan di panggung.
Sejak hari itu, walaupun saya nggak jadi suka musik experimental, minimal saya tahu ada cara lain menikmati musik yang beda dari yang saya tahu selama ini.
⚽️ Sepakbola Skena 👨🎤
Di tulisan ini, sayalah mas-mas skena itu.
Saya akan menulis dengan tujuan bercerita betapa saya menikmati pertandingan Arsenal yang berakhir 0-0 di kandang Manchester City.
Mencoba menikmati yang nggak biasa dinikmati orang-orang, sebagaimana layaknya anak skena… Wkwkwk.
Sebelum kita masuk ke ulasan, cuplikan pertandingan, tabel, statistik, yadda yadda, saya mau mulai dulu dari kutipan Mikel Arteta ⬇️
Clarity, before the game: are you ready to follow 30 passes? And after following the ball 30 passes, lose the ball and follow another 30 passes? Yes, then you can play Manchester City. It’s very important – if you are not ready to do that, you cannot play against them.
Ini sederhana, kata-kata simpel tapi penuh arti.
Siap ngikutin 30 operan?
Ketika bola kamu dapat, siap ikutin 30 operan lagi?
Sebuah instruksi yang jelas. Whatever you do, don’t lose focus. DEFEND. Lawan kita ini akan mencoba mendominasi pertandingan, jadi jangan lengah.
Lalu, yang terjadi selama pertandingan? Pep Guardiola menjelaskan dengan lebih teknis ⬇️
We wanted to try, and they allowed us to go to our left side. The side from Odegaard and Saka and after they make incredible pressing.
When we contact with last line, they drop really well. They defend the low block really well.
The space was really difficult to find. We cannot press much because they played mainly long balls.
Pep menjabarkan kesulitan yang ia hadapi ketika menghadapi pemain Arsenal yang terus menerus “mengikuti 30 operan”
Kata kuncinya: Space, low block, pressing.
Dalam tulisan ini, saya sedang mencoba mengerti elemen-elemen kunci dari pertandingan sepakbola, namun jarang diperhatikan karena mata kita lebih sering fokus melihat bola saja…
Bagaimana cara menikmati pertandingan yang lebih banyak pemain oper pendek dan bergeser-geser alih-alih menggocek dan berlari kencang?

Gimana cara nikmatin pertandingan yang cuma ada 3 shot on target?
Ketika melihat angka-angka ini, yang pertama kali muncul di benak saya: Pertandingan ini nggak menyenangkan buat kedua tim. Lelah. Repot.
Arsenal lebih fokus dalam menutup jalur serangan City via lini tengah, memancing supaya operan dari belakang diteruskan ke bek sayap. Kalo mentok, balik lagi ke Rodri, repeat
Dengan possession agak lumayan, jumlah dan kualitas shot City terbawah dibanding match2 lain. Sebagai akibat dari tertutupnya ruang di tengah
On the offense, celah Arsenal buat bisa menyerang adalah operan cepat, operan jauh, dan ball carrying. Itu yang kita coba, tapi gak kita dapet dengan bersih… Karena kombinasi pressing intens City, umpan yang tidak akurat, serta disiplinnya pemain bertahan City dalam mencegah counter attack
Ini pertandingan yang chaos, namun bukan chaos dalam pergerakan pemain, namun chaos dalam pikiran. Pemain Arsenal dan City benar-benar bergerak dengan upaya meminimalkan kesalahan sekecil apa pun.
Selanjutnya, dari tabel di atas, ada 2 pertanyaan yang saya penasaran, yang akan coba saya ulik sebisa saya:
Kenapa City banyak pegang bola, tapi kualitas peluangnya kureng? Shot on Target 1, rank 28 dari 29 match City, xG / Shot 0,08, rank 26 dari 29 match City
Kenapa Arsenal pada akhirnya tidak mendapat banyak possession? Possession tersedikit sepanjang musim di 27% — Apakah mereka nggak bisa melawan dan akhirnya “parkir bis” aja?
Lalu, apanya yang bisa dinikmati dari 2 hal di atas?
⬆️ Koreografi High Line Low Block ⬇️
Kita mulai dari menjawab ini:
Kenapa City banyak pegang bola, tapi kualitas peluangnya kureng? Shot on Target 1, rank 28 dari 29 match City, xG / Shot 0,08, rank 26 dari 29 match City
Menurut pemahaman saya, hal itu disebabkan pressing Arsenal yang seperti koreografi. Seakan-akan sudah tahu apa yang harus dilakukan ketika City pegang bola di belakang, tengah, hingga ketika sampai di area gawang Arsenal.





Maaf garisnya mencong-mencong
Ketika bola sampai di Ortega, Havertz berlari untuk sinyal kepada kawan-kawannya untuk ambil posisi.
Ketika Ortega ancang-ancang mengirim umpan jauh, itu jadi acuan untuk pemain mundur cepat ke belakang dan mempersempit ruang bagi City untuk mengembangkan permainan.
Itu yang terjadi ketika kita pressing tinggi, apa yang terjadi kalau City sudah terlanjur sampai teritori lini tengah? Bagaimana koreografi Arsenal selanjutnya?




Gambar di atas adalah situasi sebelum corner yang berujung peluang terbaik City. Sundulan (?) Ake tepat ke tubuh David Raya.
Namun, yang menarik dan terjadi berulang-ulang di match ini adalah kesulitan City untuk mengirim umpan via tengah.
Idenya adalah memancing supaya City membangun serangan dari sisi sayap, yang mana area itu diisi Gvardiol di kiri dan Akanji di kanan yang aslinya bek tengah…
…atau bisa juga Bernardo Silva yang biarpun sangat bahaya dan banyak trik, tapi biasanya dia suka masuk ke tengah untuk menyerang yang akhirnya ketemu penjagaan ketat dari pemain Arsenal.
Sulit, sulit.

Yang menyebabkan serangan City terasa mandeg dan peluangnya kurang juga adalah kehati-hatian Manchester City dalam membangun serangan.
Di gambar ini kita bisa perhatikan:
Bentuk bertahan Arsenal yang rapat
Bernardo Silva dan Kovacic yang turun jauh dalam membangun serangan…
…Sehingga di bagian belakang ada 4-5 pemain City yang siap-siap meredam counter Arsenal, menyisakan 3 pemain di depan: Foden, Haaland, KdB yang mana juga sangat kesulitan berkombinasi karena area mereka benar-benar kita kunci

Locked on 🔒️
Sebagai tambahan, di setiap pertandingan lawan City, saya pribadi paling gentar menghadapi Kevin De Bruyne yang bisa kapan saja dan dari mana saja membuat peluang berbahaya.
Di pertandingan ini, hal itu tidak terjadi. Menurut catatan fb-ref:
De Bruyne mencatatkan 4 Progressive Passes. Terendah dibanding semua match yang ia main lebih dari 60 menit (Bandingkan dengan saat lawan MU, 14 Progressive Passes)
…Walaupun semua Progressive Passes itu adalah Key Pass sih. Yang langsung menjadi shot. Sialan 😅
Secara total operan, ada di 29 (Kedua terendah) dan akurasinya di 54.7% (Terendah dibanding match yang ia main lebih dari 60 menit)
Walaupun begitu, karena Progressive Passes-nya menjadi Key Pass. Expected Assist KdB ada di 0.3 (Tertinggi kelima, average lah)
Kita usahakan sebaik mungkin, tetap saja ada bahayanya tipis-tipis, ya..
We did everything we could to contain Kevin De Bruyne 💪
Di pertandingan ini, walaupun kita memang lebih banyak bertahan, namun cara bertahan kita terlihat rapi dan sudah direncanakan. Tidak terlihat kocar-kacir.
Ketika mereka baru mulai bangun serangan, kita press tinggi. Ketika somehow bisa lolos, cepat menyesuaikan diri untuk membentuk low block…
Bukan yang kita berkali-kali adu lari karena kalah posisi atau harus sliding tackle supaya bisa menghentikan lawan. I know, we didn’t play badly.
Tanpa sadar, saat menonton Live, berkali-kali saya penasaran: Ini pemain-pemain Arsenal bakal bikin gerakan apa lagi ya supaya serangan City gagal? Kayaknya, rasa penasaran itu yang saya nikmati, walaupun deg-degan banget…
🛡️Bertahan Terus, Parkir Bis??? 😟
Selanjutnya, kita coba ulik jawaban dari rasa penasaran yang kedua:
Kenapa Arsenal pada akhirnya tidak mendapat banyak possession? Possession tersedikit sepanjang musim di 27% — Apakah mereka nggak bisa melawan dan akhirnya “parkir bis” aja?
Menurut saya, ada 3 faktor:
Kita pasang 2 pemain untuk jaga half-space dan sisi sayap di kiri dan kanan, jadi seakan-akan punya 6 bek
Walaupun bikin peluang jadi mandeg, akan lebih mudah untuk City mengembalikan bola lebih sering ke Rodri, Bernardo Silva, atau Rico Lewis untuk mensirkulasi bola. Akibatnya ya bola bergulir lagi di City dan kita harus siap bertahan. Tambah lagi, di babak kedua, City lebih berani buat oper bola di space sempit. Persis kata Arteta “Are you ready to follow 30 passes?”
Kemudian, ketika kita berhasil mendapatkan bola, baik ketika merebut atau dari situasi goal kick, pressing City membuat kita hanya bisa menembus pertahanan mereka dengan operan-operan sulit… Yang mana akan lebih sulit juga untuk mengoper dengan akurat dan akhirnya penguasaan bola balik di City lagi
Mari kita breakdown satu per satu.

Tadi kita sudah singgung bahwa sebisa mungkin City dicegah supaya jangan sampai mendapat ruang berkreasi di lini tengah. Makanya kita set up seperti gambar di atas.
Namun, hal ini juga seakan mengunci penempatan posisi pemain kita di zona bertahan. Jadi pemain City dengan leluasa bisa menyerang lagi dan lagi. Muter-muter. Familiar dengan cara main seperti itu? 👀 😂





Ketika kita pasang pemain buat memblokade serangan City, mereka pilih buat balikin bola ke belakang dan mengatur serangan lagi. Terutama di babak kedua di mana momentum pertandingan lebih banyak mengarah ke City.
Belum lagi mereka coba tambah ancaman di sayap dengan memasukkan Grealish dan Doku. Tapi kita juga adjust dengan memasukkan Tomiyasu.
Anyway.
Secara fisik dan mental, walaupun tidak pegang bola, tapi ini super melelahkan untuk Arsenal. Pun, saya cukup yakin City mengalami kelelahan yang sama karena harus sirkulasi bola nonstop. Sambil gerak, sambil mikir.
Karena, ada kalanya City sebenarnya bisa bikin progressive pass dan bikin peluang berbahaya memanfaatkan momen sesaat Arsenal shape-nya belum rapi-rapi amat, seperti pada gambar di bawah. (Pinjam dari tacticsjournal.com)
Mungkin karena berkali-kali harus mikir, level konsentrasi pada saat membangun serangan itu beda-beda di tiap menit. Jadi ada momen-momen yang “skip” gitu… Asumsi saya aja ini sih.

Gambar atas: Gvardiol mengabaikan gerakan lari De Bruyne
Gambar bawah: Bernardo mengabaikan Foden & De Bruyne
Tapi saya jadi menangkap, bahwa walaupun City pegang bola, kita tetap bisa mengontrol apa yang akan mereka lakukan.
🚀 Majuuu!
Terus, dengan situasi seperti ini, gimana cara kita menyerang gawang City?
Satu kata: sulit. Tapi ya bisa. Kuncinya ada di…
We cannot press much because they played mainly long balls.
PEP GUARDIOLA

Long pass.
Di pertandingan ini, persentase long pass dibandingkan dengan semua operan Arsenal ada di rank 2 dibanding semua pertandingan PL.
Terlihat jelas bahwa kita ingin melangkahi press tinggi dengan bola-bola direct. Seperti yang tercatat pada tabel di atas, 3 besar persentase long pass kita melawan tim dengan pressing tinggi. Tottenham, City, Liverpool.
Namun, supaya long pass itu jadi efektif, long pass yang dilakukan harus bermakna. Artinya gimana? Kurang lebih seperti yang saya pernah tweet:

Ya ga harus ke Havertz sih but you got the point lah ya haha
Tanpa struktur yang jelas ketika kirim bola, atau bola dikirim ketika struktur belum rapi, long pass nggak ada artinya, cuma buat buang bola doang.
Berikut coba saya ulik contoh long pass yang bermakna.



Ketika David Raya mengirim umpan jauh, kemudian ada 1 pemain yang ditarget dan beberapa pemain sudah siap menjadi ‘bantalan’ jika kalah duel udara… Maka itu adalah contoh long ball yang bermakna, karena kita sudah tahu apa yang dilakukan setelahnya.
Satu contoh lagi, ini juga cukup manis dalam memanfaatkan situasi second ball.

Yang lumayan fatal adalah, jika David Raya atau siapapun deh, merasa belum siap menendang, tapi akhirnya dia harus tendang… Bola akan terbuang begitu saja dan jadi keuntungan buat lawan.


Long ball sih long ball, tapi ketika satu tim tidak siap baik dari mengoper maupun menerimanya, bermain direct jadi terasa hambar.
🤔 Ada Cara Lain Buat Nyerang?
“Btw, kalau nggak long ball emang kenapa? Kayak biasa aja build up gitu?”
Oh, bisa aja kok. Tapi kita harus sadar juga kalo:
City pressing gila-gilaan
Sekali kita bisa rebut bola atau potong jalur operan, City akan mengerubungi kita untuk merebut bolanya balik


Kalau mau menyerang dengan efektif, harus pastikan:
Cara bertahan kita benar-benar smooth, kalau merebut bola harus benar-benar kontrol. Dengan intercept yang perfect atau tackle yang super bersih, atau minimal ada yang bisa bantu ambil bolanya buat cepat menyerang
Oper-operan untuk counter attack dengan cepat dan teknik yang benar-benar akurat. Gak boleh salah sedikit. Dengan berlari membawa bola tanpa terebut, dengan umpan through pass yang gurih, atau dengan operan pendek cepat menuju kotak penalty. Kalau salah sedikit, kejadiannya kayak di menit 50 dan menit 52, di mana passing Ødegaard terlalu deras ke Havertz atau crossing Saka bisa ditangkal
Finishing dan pengambilan keputusan yang harus presisi dan nggak boleh terlambat. Yang bikin jadi salah itu, kalau ada delay sepersekian detik aja. City nggak akan kasih napas…
Saya coba runutkan di peluang dengan xG terbaik kita (0.33), saat Kai Havertz menerjang bola yang sudah siap disambut Stefan Ortega.
✅ Cara bertahan dan follow-up setelahnya: Rice mengambil bola dari Rodri dan dibawa ke depan Ødegaard

✅ Counter attack cepat: Ødegaard dan Havertz cepat mengambil posisi yang ideal untuk menyerang. Pos yang ditinggalkan Ruben Dias dan memilih arah kiri karena melihat Gabriel Jesus lebih cepat menyusul


🤔 Finishing? Well, Havertz dan Ortega berada di situasi 50:50 yang sayangnya Ortega lebih cepat.
Side note: Saya lumayan seneng sih melihat Havertz agresif kejar bola. Walaupun endingnya gak enak di Ortega. Bukannya apa-apa, soalnya Havertz yang dulu ada kemungkinan ngerem kalau dia udah merasa “Ah ini mah ga mungkin”
Sekarang, dia lebih mencoba main dengan naluri seorang striker yang haus gol. Good. Good. Perjalanan menuju jadi striker, ya 😅

Kemudian, kita coba lihat peluang Gabriel Jesus di menit 31.
✅ Cara bertahan dan follow-up setelahnya: Dimulai dari Saliba yang memotong aliran bola, kemudian memastikan bahwa tidak terebut


✅ Counter attack cepat: Ben White mencari cara terbaik untuk kasih bola ke Ødegaard, dengan dribble ke depan. Dribble-dribble seperti ini juga penting untuk menyiapkan counter attack cepat

Di sini idenya bagus, untuk kasih bola ke depan kotak penalty. Yang agak sayang memang di kotak penalty City sudah ada 5 orang. City pun cepat kembali ke daerahnya ketika diserang balik.

🤔 Finishing? Saya rasa, di situasi ini, yang dilakukan Jesus oke lah mempertimbangkan situasi pertahanan City yang sudah regroup.
Kalau dia paksa shooting di awal juga belum tentu hasilnya lebih baik. Tapi memang sayang banget melenceng, kirain minimal dapat corner kick.

Sudah tentu sayang banget karena tendangan Jesus melenceng, tapi yang lebih saya harapkan sebenarnya adalah bagaimana caranya setelah bola terebut, bisa lebih cepat sampai di Ødegaard untuk ia olah jadi serangan balik.
Pada peluang di atas bola sampai di Ødegaard, pertahanan City sudah mulai agak mundur dan stabil.
Nah, ketika kita bisa oper ke Ødegaard lebih cepat, ini jadinya…




Coba saya rangkum dulu:
Secara xG, ini nilainya 0.06. Tapi menurut saya ini peluang yang harusnya lebih bersih dari peluang Havertz seandainya posisi shooting Trossard lebih enak sudutnya ke gawang
Pada peluang Trossard di sini, hanya butuh 2 operan dari Partey dan Ødegaard untuk sampai kotak penalty
Barisan pertahanan City relatif masih mengejar bola dibanding di peluang sebelumnya yang sudah lebih siap
Thomas Partey memang seakan-akan sudah punya chip otomatis di otaknya yang bilang “Oper ke Ødegaard, no matter what”. Menurut The Analyst, operan Partey ke Ødegaard (2022/23) dari situasi open play ada di 6.2 per 90 menit. Sedangkan dari Rice ke Ødegaard (2023/24) ada di 4.7 per 90 menit. Btw ini data sebelum 2024 ya. Saya musti cek lagi buat yang terbaru tapi intinya mau nunjukkin kalau kombinasi Partey-Ødegaard masih bisa jadi andalan 🫡
Yang kepikiran terus sampai sekarang:
Apakah harusnya Trossard oper ke Martinelli? Well, saya rasa…
Momentum lari dari Trossard buat terima bola agak goyang. Kalau setelahnya ngumpan, apa kira-kira umpannya bakal bener? Bisa jadi tetap bener, bisa jadi enggak
Momennya beda sama gol solo run Trossard ke gawang Liverpool karena dia terima bola simpel dari Kiwior dan setelahnya dia atur sendiri temponya. Kalau yang ini lebih mirip di pertandingan lawan Porto di mana harus memperhitungkan momentum lari
Malah Trossard lari terus dan shooting itu menurut saya sama baiknya dengan mengoper bola ke Martinelli, dan even better scenario, kalau Martinelli yang terima bola di situasi itu. Supaya kemungkinan terkejar Akanji lebih kecil
Jadi… “What if” terbesarnya adalah, daripada mempertanyakan Trossard harus ngapain, lebih kebayang lagi kalau seandainya bukan Trossard yang terima bola di situasi itu
🍭 Lesson Learned
Ada satu poin penting yang saya penasaran banget, kira-kira bisa nggak ya kita lakukan? Yaitu melakukan serangan balik cepat dengan sedikit operan menuju kotak penalty.
Saya bukannya nggak yakin kita bisa sih, tapi lebih ke kita jarang melakukannya. Sehingga sekalinya dicoba, antara nggak terbiasa atau nggak punya profil pemain yang cocok untuk melakukannya. (Contohnya seperti kasus peluang Trossard di atas)

Menurut catatan TheAnalyst:
Ketika pegang bola, rata-rata kita di 13 detik sebelum berpindah ke penguasaan lawan, terlama ketiga di Premier League
Namun, ketika harus berurusan dengan skema serangan direct, secara speed kita ada di peringkat 17 (City ke-20, Liverpool ke-4)
Ada feeling di mana kalau kita bisa lebih jeli dalam menyerang via situasi counter attack, ada margin tipis yang bisa bikin kita lebih unggul dibanding pesaing title race.
Referensi dari Liverpool yang seakan-akan bisa terus lolos dari situasi hampir kalah atau hampir imbang, juga di papan atas dalam klasemen “gol dari counter attack”

Eh, ternyata catatan kita boleh juga
Punya cara untuk lebih ganas di counter attack, obviously akan membuat tim semakin kuat. Seperti halnya yang ditunjukkan di pertandingan ini saat kita bisa melakukan high press dan low block sekaligus dengan sangat baik.
Anyway.
Saat ini, perjalanan menuju ke sana saya rasa masih cukup panjang. Di pertandingan ini, ada catatan juga di mana seharusnya lebih banyak situasi counter yang bisa kita manfaatkan. Hanya saja, kita kesulitan untuk mengopernya ke sosok yang bisa punya insting untuk punya ancang-ancang berlari ke gawang lawan dan meminta bola daerah ketika serangan balik.
Mungkin Martinelli yang bisa, namun sepertinya saat ini di tim, hanya dia yang bisa. Karena ketika ia tidak bermain, kita cukup kesulitan dalam memanfaatkan situasi serangan balik cepat.
Di sini Havertz mencoba untuk melakukan itu, namun rasanya masih kurang instinctive sehingga Saka agak bingung harus oper ke siapa dan ujung-ujungnya kehilangan bola. Sayang banget kan…
Jadi…
Apakah ini juga lini yang akan diperkuat di bursa transfer Summer 2024? Menimbang kurangnya profil pemain yang cekatan untuk berlari dan memanfaatkan gap sekecil apa pun saat counter attack? We’ll see 👀
📝 Akhir Kata
Satu kalimat untuk pertandingan ini:
Bukan hasil yang menyenangkan, tapi setidaknya saya menemukan aspek baru yang menjadi kekuatan dari tim kesayangan saya, dan itu adalah hal yang saya coba nikmati dan tuangkan di tulisan ini.
No, we cannot be satisfied when we draw. But it's ok.
We learn from some games. When we can't win, we can't lose.
We are not satisfied [with a draw].
Saat menulis ini, saya benar-benar lupa soal Title Race dan tenggelam di pertandingan. Namun, di bagian akhir ini saya teringat soal itu dan bergumam ke diri sendiri:
“Ada kan ya kesempatan kita ambil 27 poin dari 9 pertandingan sisa dan lihat apa yang terjadi nanti?”
Semoga sehat-sehat semua. Selamat siap-siap Libur Lebaran. COYG ❤️🔥
P.s. Bukayo Saka ini gila. Biarpun dia gak fit, bisa-bisanya dia nge-body Kovacic dan mulai serangan dari sana. Yang kayak gini-gini bisa jadi awal peluang gol.
