- GoonerBurger 🍔
- Posts
- Lagi-lagi Striker
Lagi-lagi Striker
Isak? Osimhen? Gyokeres? Šeško? Toney? Siapa?

You guys asked for it. 😃

Mana semangatnya untuk bursa transfeerrrr???
Mari kita bahas Ranking Striker di 2023/24 yang mana siapa tahu salah satu di antaranya jadi anggota baru Arsenal musim depan.
Siapkan 15-20 menit untuk baca ini. Kalau mau sambil skip-skip juga gak papa… Bisa klik daftar isi di bawah. Atau bookmark dulu dan baca pelan-pelan. 😉
Table of Contents
Ehm.
Sebelumnya saya mau jujur-jujuran dulu. Kalau saya megang Arsenal, mungkin Striker (CF, #9, dll) adalah prioritas ke-2 atau ke-3 atau ke-4 untuk diperkuat.
Posisi Striker itu justru yang sekarang paling numpuk. Havertz, Jesus, Trossard, Nketiah. Kecuali ada yang keluar, agak membingungkan kalau mau nambah lagi. (Ada yang keluar? Yes, I know what you are hoping for)
Ada posisi lain yang menurut saya urgensinya lebih terlihat. a) Gelandang untuk menemani / berotasi dengan Declan Rice, b) Bek versatile yang bisa bermain di CB & RB. Makin kuat melapis Saliba, White, Timber, dan c) Winger baru (More versatile, better) - Mungkin ada bahasan tersendiri soal ini di tweet atau artikel lain ya…
Kai Havertz. Let’s talk about Kai later!
Jadi, bahasan soal Striker ini akan mengacu ke poin 1 di mana kita mengasumsikan bahwa akan ada yang cabut dan diganti 1 orang lain, untuk penguatan lini depan.
Latar Belakang: Membayangkan Striker Baru
Sebelum kita masuk ke nama-nama Striker baru, kita coba sepakati dulu jika ada Striker baru, kira-kira akan sangat bernilai di situasi yang bagaimana.
Dari sana, kita bisa menentukan “Spek” Striker yang kira-kira cocok.
Mari kita bayangkan situasi seperti ini:
“Kedudukan masih imbang. Lawan mulai menumpuk pemain di belakang dan kita kesulitan untuk membangun serangan. 8 pemain lawan ada di kotak penalty mereka.”
Saya pribadi akan membayangkan, coba aja…
Kita punya orang yang rada nekat buat terima umpan & adu fisik sama bek lawan, lalu sedikit “maksa” buat nge-shoot, tapi kualitas tembakannya tetap oke
Kita punya orang yang bisa inisiasi serangan sendiri. Misalnya melakukan dribble jarak pendek untuk mengacaukan barisan pertahanan lawan
Most of all, yang benar-benar bisa klinis memanfaatkan peluang sekecil apa pun jadi gol
(Yang mana sebetulnya beberapa hal itu udah ada di tim kita kan, tapi lebih kuat tentu lebih mantap~)
Dari situasi yang saya bayangkan tadi, jadi kepikiran 4 aspek kunci buat “Spek Striker” ideal versi saya:
#1 Kemampuan untuk mencari kesempatan shoot dari sentuhan sesedikit mungkin atau ketika tim sedang tidak memberi banyak peluang

Tipe-tipe shooting yang rada nekat dan nggak disangka akan langsung ditembak. Lihat berapa pemain lawan yang matanya tertuju ke Eddie, tapi bola tetap masuk.
#2 Kemampuan untuk mencari ruang terbaik untuk menembak sehingga xG / shot yang dihasilkan besar — Lebih berpeluang jadi gol

Seperti situasi di mana Havertz bergerak tanpa bola mengecoh penjagaan pemain Brighton. Havertz berakhir di posisi yang sangat enak di depan gawang sehingga mendapat peluang dengan xG besar.
#3 Kemampuan untuk menyelesaikan peluang dengan xG yang relatif kecil (Clinical)

Seperti ini lah kira-kira. Jadi figur pembeda di momen-momen menentukan.
#4 Kemampuan untuk memulai serangan dari luar kotak penalty

Sampe harus cari yang musim 2022/23… Wkwk
Kemampuan seperti ini menunjukkan kreativitas di situasi yang mungkin akan kepepet. Muncul dari arah yang nggak biasa dan membuat lawan kalah 2-3 langkah di depan.
Kemudian, untuk menjalankan 4 hal di atas secara konsisten, saya kira sih akan butuh fisik yang prima, ya.
Fisik yang prima = Bukan cuma gede-gedean badan buat tabrak lawan, tapi juga otak yang awas untuk selalu paham situasi di lapangan, bisa terus menerus bergerak dengan atau tanpa bola. Punya badan tinggi juga akan sangat amat membantu, terutama untuk situasi bola-bola atas.
Maka saya punya versi sendiri untuk “Striker Ideal” dalam paragraf ini:
“Saya mau striker yang bisa shoot di situasi apa pun.
Bisa konsisten dapat peluang yang bagus, juga mengkonversinya jadi gol.
Ketika dibutuhkan, bisa terlibat di permainan, ga cuma nunggu di kotak penalty.
Dengan fisik yang juga dominan, masih muda dan bisa berkembang, didapat dengan biaya mungkin mahal tapi masih terjangkau... Kayaknya.”
Apakah dari “Spek” ini, kita bisa temukan pemain tambahan di luar sana untuk memperkuat lini serang? Let’s find out.
Metodologi: Cara Mengambil Data & Membuat Ranking
Sebelum masuk ke Ranking dan membahas satu per satu pemainnya, kita sepakati dulu cakupan data apa saja yang diambil.
#1 Sumber Data & Filter Pemain
Saya mengumpulkan 90 pemain dari Liga Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, Prancis, Belanda, dan Portugal
Supaya apple to apple dalam jumlah match, saya menggunakan jumlah pertandingan di Liga masing-masing. Musim 2023/24
Jumlah menit bermain minimal 10 × 90 menit di Liga
Market Value menurut Transfermarkt di atas 10 juta euro
Erling Haaland, Kylian Mbappe, dan Harry Kane tidak dihitung di Ranking ini karena mereka jauh di atas di 3 besar
Jadi, kalau ada nama pemain yang nggak muncul di Ranking ini, kemungkinan nggak lolos filter…
#2 Catatan Statistik yang Diambil
Saya menggunakan fb-ref untuk sumber data
Dari 4 “Spek” yang dibahas di atas, saya coba interpretasikan catatan statistik yang mewakili. Ini namanya rumus mengarang sendiri. 😂
#1 Kemampuan untuk mencari kesempatan shoot dari sentuhan sesedikit mungkin atau ketika tim sedang tidak memberi banyak peluang - Saya tandai: Shot / Touches. Data yang mewakili:
Jumlah Shot dibagi jumlah sentuhan di Final Third
Jumlah Shot dibagi jumlah “Shot Creating Actions” satu tim
#2 Kemampuan untuk mencari ruang terbaik untuk menembak sehingga xG / shot yang dihasilkan besar — Lebih berpeluang jadi gol - Saya tandai: xG / Shot. Data yang mewakili:
Jumlah keseluruhan Shot (Non-penalty)
Jumlah xG dibagi jumlah Shot (Non-penalty shot) → Non-Penalty xG / Shot
#3 Kemampuan untuk menyelesaikan peluang dengan xG yang relatif kecil (Clinical) - Saya tandai: Finishing. Data yang mewakili:
Jumlah Non-Penalty Goals
Jumlah Non-Penalty xG
Selisih Non-Penalty Goals dan Non-Penalty xG
#4 Kemampuan untuk memulai serangan dari luar kotak penalty - Saya tandai: Play Outside Penalty Area. Data yang mewakili:
Jumlah sentuhan di Penalty Box dibagi jumlah sentuhan di Final Third (Lebih sedikit lebih baik)
Jumlah progressive passes received (Menakar sebanyak apa usaha jemput bola)
Kemudian, saya juga menghitung “Balance” dari 4 Spek di atas, dengan logic bahwa saya lebih memilih pemain yang bisa melakukan keempat-empatnya walaupun tidak sempurna, dibanding yang hanya menonjol di satu Spek
Recap 5 Spek yang akan kita jadikan acuan di Ranking ini: Shot / Touches, xG / Shot, Finishing, Play Outside Penalty Area, Balanced
Catatan: Dalam perhitungan akhir, saya membobotkan “Finishing” sedikit lebih tinggi karena pada akhirnya kita cari gol, kan? 😉
#3 Kalibrasi
Data yang didapat dari proses di atas kemungkinan akan mentah, jadi ada kalibrasi yang dilakukan sebelum menghitung skor final untuk mendapat Ranking yang lebih “bersih”
Kalibrasi dari umur → Lebih muda, lebih tinggi Rank-nya
Dari market value → Lebih murah, lebih tinggi Rank-nya
Dari tinggi badan → Lebih tinggi, lebih tinggi Rank-nya
Dari koefisien liga (Referensi) → Lebih tinggi, lebih tinggi Rank-nya
Jadi, output yang dihasilkan dari kalibrasi ini adalah, misalnya: Pemain umur 19 tahun, market value 10 juta, dengan data mentah dari 5 Spek di atas yang walaupun di bawah pemain umur 25 tahun, market value 50 juta…
…Kemungkinan besar di Ranking akhir, si pemain umur 19 tahun-lah yang punya Ranking lebih tinggi.
Atau misalnya bobot pemain dari Liga Inggris dan Liga Prancis…
Kebayang kan ya?
Jadi kurang lebih proses mendapatkan Ranking-nya tertera di gambar:

#4 Limitasi
Stats yang diambil HANYA di musim 2023/24. Jadi ada kemungkinan kalau pemain memang hanya perform di waktu itu aja sehingga rank-nya tinggi. Anggaplah kayak chart musik yang bisa berubah-ubah sesuai periode
Takutnya ada nama yang lupa saya masukin, dan dialah yang jadi pemain yang dibeli. Wkwkwk…. Btw, kalau ada nama yang saya miss dan kalian penasaran, bisa tanyain aja ya! Nanti saya coba carikan datanya dan masukin ke Ranking ini
Saya nggak bisa 100% menyimpulkan kualitas pemain dari Ranking ini. Karena tentu ada elemen yang belum saya temukan cara mengukurnya dengan statistik. Seperti pemosisian bola atau pergerakan lari tanpa bola
Yang terakhir, nonton pemainnya. Minimal cari kompilasinya dulu lah, syukur-syukur dapat full match. Ini aja saya belum (dan ga akan sempat) nonton semua
Top 30 Striker 2023/24. Let’s Go!
Oke, kita masuk ke Ranking. Akhirnya…
Di segmen ini akan saya bagi seperti ini, ya:
Pembahasan hitung mundur Ranking 30-1 (Kenapa 30? Nggak ada alasan khusus sih, wkwk. Saya terinspirasi artikel ini [Must read + must subscribe!] pas bikinnya. Karena di sana list-nya 30 besar yaudah jadi ngikut 😂)
Recap Ranking 1-30 akan di-share di bawah
Ada juga Ranking dari data mentah masing-masing 5 Spek Striker (Shot / Touches, xG / Shot, Finishing, Play Outside Penalty Area, Balanced) yang dirumuskan di atas
Honorable Mentions
Sebelum masuk ke 30 besar, saya mau share dulu nama-nama yang Skor-nya sebenarnya sepantaran dengan 30 besar, tapi harus puas ada di Rank 31-35
Jean-Philippe Mateta, Crystal Palace. Form-nya di akhir musim benar-benar ngangkat Rank-nya. Terutama di aspek Finishing. Gacor
Jonathan David, Lille. Yang menonjol dari David adalah kemampuannya dalam mendapat xG / Shot yang tinggi. Fb-ref mencatat di 0.20 non-penalty xG / Shot
Leandro Trossard, Arsenal. Saya iseng masukkin Trossard di jajaran para Striker, dari spek Finishing, dia ada di peringkat 7 dari 90 Striker di list ini. Karena tingginya 175 cm dan 29 tahun, makanya agak nurun Rank overall-nya
Robert Lewandowski, Barcelona. Sebetulnya dari ke-4 Spek Striker, data mentah-nya masih oke banget (Kurang lebih Rank belasan), hanya saja karena umur udah 35, jadi tercecer di Rank 30-an
Taiwo Awoniyi, Nottingham Forest. Karena lumayan banyak cedera, jadi tidak terlalu ter-notice. Namun, Awoniyi cukup solid dan di atas rata-rata Striker Premier League di aspek xG/Shot dan Finishing
Sebelum ditanya: Eddie Nketiah di Rank 48, Gabriel Jesus di Rank 70, Ivan Toney di Rank 46, Evan Ferguson di Rank 49
30. Richarlison, Tottenham

Next.
29. Nicolas Jackson, Chelsea

Secara pribadi, sebenarnya saya menilai bagus untuk pemain yang mampu konsisten menempatkan dirinya di posisi yang baik untuk mendapat bola. Nicolas Jackson salah satu yang memimpin dalam aspek itu. Kita bisa lihat ia memiliki xG / Shot yang tinggi, namun Finishing-nya yang keterlaluan…
Meskipun begitu, ujung-ujungnya dia masih bisa dapat 14 gol di Liga. Makanya bisa menyodok ke 30 besar.
28. Joshua Zirkzee, Bologna

Yang membuat saya sangat mengapresiasi Joshua Zirkzee adalah kemampuannya dalam menjemput bola, menerima bola dengan posisi membelakangi atau tidak menghadap gawang…
…Namun dapat menjembatani proses menyerang dengan menarik penjagaan lawan dan membuka ruang di belakang bek lawan… Licin.
False Nine.
Kurang lebih seperti cuplikan video di atas.
Licin dan gesit dengan tinggi badan 193 cm? Very unique. Selalu ada ide untuk berkontribusi ke build-up serangan. Cukup mirip-mirip dengan Gabriel Jesus.
Hal itu terus menerus dilakukan, makanya aspek “Play Outside Penalty Area” sangat tinggi. Secara finishing, not bad. Karena meskipun cenderung jarang shooting dibanding Striker lain di list Ranking ini, catatan gol-nya di Liga (11 dari 2,700 menit), masih cukup lumayan.
Perhitungan formula ini memang agak “jahat” ke False Nine yang selain menyelesaikan peluang, juga cenderung bikin peluang untuk kawannya.
Secara penciptaan peluang, sebetulnya Zirkzee sangat bagus di aspek itu. Hanya saja, Penciptaan Peluang tidak diprioritaskan untuk list Ranking Striker kali ini. Makanya, Zirkzee ada di Rank 28.
27. Thijs Dallinga, Toulouse

Dallinga adalah salah satu contoh pemain yang punya catatan berimbang di Spek Shot / Touches, xG / Shot, Finishing, Play Outside Penalty Area bisa mendapat Ranking yang oke, karena kemampuannya yang “Balanced”.
“I have developed into an attacker who can be played in depth, but can also act as a point of contact.” — Thijs Dallinga
Dallinga bukan pemain yang banyak menyentuh bola, namun tahu kapan harus tunggu bola di depan atau turun jemput bola. Menjadikan dirinya efektif menempatkan diri di situasi berbeda.
26. Artem Dovbyk, Girona

Dari gambar di atas, saya melihatnya Dovbyk itu benar-benar targetman. Aspek “Play Outside Penalty Area”-nya hampir nol. Dari sekilas saya pantau, Dovbyk benar-benar bergerak seperlunya saja di luar kotak penalty. Untuk kebutuhan tahan bola dan jadi “pemantul”.
Dovbyk mampu memanfaatkan kelebihan fisiknya untuk mengklaim posisi yang baik untuk menembak di depan gawang. Asumsi saya, jika ada tim yang mencari mini-Haaland, salah satu profil yang dilirik adalah Dovbyk.
25. Maximilian Beier, Hoffenheim

Jika mencari profil Striker yang rajin melipir ke sayap untuk membuat peluang dari sana, Beier bisa dilirik.
Beier terlihat selayaknya anak muda yang berapi-api, banyak berlari kencang tanpa lelah untuk kemudian melepas tembakan yang juga kencang. Bayangkan punya pemain seperti ini dalam situasi serangan balik.
24. Álvaro Morata, Atletico Madrid

Saya membayangkan Álvaro Morata seperti aktor kawakan yang selalu terpakai di mana-mana. Tipe-tipe yang tidak pernah terlalu bersinar jadi pemeran utama, tapi selalu ada saja yang mengandalkan jasanya.
Selama bertahun-tahun, ciri khasnya tidak pernah berubah. Yaitu inisiatifnya untuk terlibat dalam “link-up”. Pass, move, pass, move, sampai mendapat space yang baik untuk menembak dan menyelesaikan peluang. Solid.
23. Matheus Cunha, Wolves

Ketika saya nonton Cunha pas dia lagi on fire, saya jadi membayangkan Gabriel Jesus di awal-awal musim 22/23 sebelum Piala Dunia, lalu dikali 70%.
Artinya apa? Saya melihat kesamaan gaya mainnya. Terutama dari:
Penempatan posisinya yang nggak biasa untuk menjemput bola. Misalnya tepi lapangan di middle third
Dribble pendeknya yang eksplosif dan membuka ruang untuk pemain lain di sekitarnya
Nah, ini yang lebih baik dari Jesus: Penyelesaian akhirnya yang cukup imbang antara xG yang didapat dan jumlah gol sebenarnya (Gol +0.09 dari xG per 90 menit)
Kalau di musim depan Cunha dan Neto stay di Wolves dan banyak main bareng… Cocok banget duo ini makin bahaya di Premier League.
22. Deniz Undav, Stuttgart

Loan Denis Undav dari Brighton ke Stuttgart membuatnya menemukan pakem yang paling cocok untuk memaksimalkan kemampuannya.
Di Stuttgart, ia banyak memainkan peran “Striker Kedua” bertandem dengan Serhou Guirassy. Yang paling menonjol adalah:
Work Rate-nya. Walau tidak dihitung di sini, jumlah tackle-nya di area lawan di golongan terbanyak dibanding Striker lain. Secara nggak langsung juga berkontribusi ke aspek “Play Outside Penalty Area”
Finishing-nya yang dingin. Tidak butuh banyak pergerakan untuk kasih tembakan yang efektif. Gol dan xG berbeda +0.16 (Non-penalty).
Mungkin ini yang dibutuhkan Undav? Dari Belgia, jajal Jerman dulu, tapi lewat Inggris semusim…
21. Dominic Solanke, Bournemouth

Di musim ini, Dominic Solanke menunjukkan bahwa ia adalah paket komplet sebagai Striker. Mengacu dari formula Ranking yang saya buat: Dari sisi jumlah Shot / Touches, ada di top 25%. Finishing juga cukup berimbang dari jumlah xG dan gol yang sama (Sekitar 0.5 per 90 menit — Expected buat cetak 1 gol per 2 kali main). Dari sisi xG / Shot juga cukup baik, dalam Ranking saya ada di top 20.
Intinya, catatannya saat ini sangat berimbang di setiap aspek dan wajar jika form-nya berhasil mengangkat performa Bournemouth.
20. Rasmus Højlund, Manchester United

Kenapa ada Højlund? Udah gitu, Rank-nya di atas Solanke? Bukannya Højlund golin lebih sedikit dari Solanke?
Yah, begitulah Ranking ini memperhitungkan usia pemain. Selama catatan angkanya serupa antar satu dan pemain lain, pemain yang lebih muda akan diuntungkan.
Btw, balik ke Højlund… Coba kita lihat tabel fb-ref-nya di bawah ini:

Interpretasinya adalah: Højlund bisa mendapat peluang menembak yang baik. 0.2 npxG/Shot. Juga cukup klinis. 0.26 Goals/Shot. Hanya saja jumlah tembakannya sangat kurang dibanding semua Striker di list ini. Kok bisa?
Visualizing that massive difference in Hojlund's progressive passes recieved at Atalanta vs Man Utd.
(By @ftblnl)— The Devil's DNA (@TheDevilsDNA)
7:13 PM • Feb 7, 2024
Jika dilihat sekilas dari tweet di atas, penyebab utamanya adalah kurangnya supply bola ke Højlund. Entah bagaimana, pergerakan pemain MU saat membangun serangan tidak bisa sering membuat Højlund ada di posisi yang enak untuk menerima bola.
Don’t underestimate Højlund. Jika di kemudian hari MU bisa bikin sistem di mana Højlund lebih sering jadi target progressive pass. Maka kita akan melihat Striker yang lebih berbahaya…
Oke, next.
19. Darwin Núñez, Liverpool

Núñez adalah pemilik Shot terbanyak per 90 menit di Ranking ini. Núñez punya 0.75 non-Penalty xG per 90 menit. Outstanding. Núñez mendapat kurang lebih 0.16 xG/Shot. Angka yang cukup di atas rata-rata. Menunjukkan juga variasi antara peluang mudah dan peluang sulit. Artinya, Núñez punya insting menyerang yang bahaya banget.
Yang nggak bahaya itu, finishing-nya. Selisih non-Penalty Goals dan xG ada di -0.21 per 90 menit… Yang menyamai angka ini di Premier League mungkin DCL di Everton.
Ini yang bikin Ranking-nya ada di 19. Apalagi dengan market value-nya yang tinggi (70 juta euro versi Transfermarkt), jika catatan angkanya nggak melebihi Striker lain, sudah pasti bikin ranking jatuh.
Sedikit lebih baik saja selisih xG dan Gol-nya. Tetap minus gak masalah. Sudah masuk 10 besar…
Satu yang saya pelajari dari “fenomena” Darwin Núñez adalah finishing itu bisa berbeda dari musim ke musim, dari klub ke klub. Scott Willis dalam grafis-nya merangkum itu dengan jelas. Lihat perbedaan dari musim 2021/22 (Benfica), 2022/23 (Liverpool), dan 2023/24 (Liverpool)

Kesimpulan saya, finishing itu bukan sesuatu yang dapat dinilai dalam periode sebagian musim atau bahkan satu musim. Saya menganut paham jika finishing seorang penyerang baru bisa dinilai jika pattern-nya bisa kita lihat sama dalam bermusim-musim.
Misalnya, Gabriel Jesus yang konsisten gol-nya di bawah xG… 😅
Jika fluktuatif seperti yang ditunjukkan Núñez, yang saya pikirkan adalah: “Yeahhhh…. Mungkin musim depan bakal finsihing-nya lebih baik, atau sama aja, atau lebih parah…”
Wkwkwk.
18. Rodrigo Muniz, Fulham

Rodrigo Muniz benar-benar seorang “Target Man” yang banyak beroperasi di kotak penalty. Muniz sangat menyenangkan ketika melihatnya: a) Cepat menembak bola ketika terima peluang sekecil apa pun… b) Menahan bola sekuat mungkin di depan sambil melihat kawan lain yang akan support dia.

Nah, cakep. Finishing simple-simple aja. 😆
17. Gonçalo Ramos, PSG

Melihat Gonçalo Ramos di musim ini di PSG, serta musim lalu di Benfica, ada 1 kesamaan yang saya temukan, yaitu kemampuannya dalam konsisten mendapatkan xG/Shot yang OK, sehingga kemungkinan mencetak gol lebih tinggi. Data di musim lalu dari Opta Analyst juga menunjukkan kecenderungan Ramos dalam mendapat posisi yang baik untuk menembak…

16. Brian Brobbey, Ajax

…Lalu tabel dari Opta Analyst di bagian Ramos sebelumnya juga berlaku untuk Brian Brobbey. Kemampuan yang setara dengan Ramos dari sisi mendapat peluang yang baik untuk menembak (dan menyelesaikannya) juga adalah sesuatu yang konsisten ditunjukkan Brian Brobbey dua musim belakangan
On the other hand: Banyak yang bilang Brobbey tidak konsisten. Kadang gacor, kadang mandul. Begitu juga dengan Gonçalo Ramos yang on fire di akhir musim namun sempat struggle ketika awal join PSG. Mungkin ini harga yang harus dibayar ketika sedang mengembangkan Striker muda potensial.
15. Victor Osimhen, Napoli

Victor. Osimhen.
Oh, believe me guys… Jika Osimhen tidak punya market value 120 juta euro…80 juta euro saja misalnya, Ranking-nya masuk 5 besar
Di satu sisi, bisa dibilang catatan angka Osimhen tidak sepadan dengan market valuenya. Minimal di musim ini.
Di sisi lainnya, kemampuan yang ditawarkan Osimhen tidak main-main. Di segala aspek, di luar “Play Outside Penalty Area” - Semua catatannya di atas rata-rata.
Jika kita breakdown lagi gaya mainnya, ini cukup bikin semangat untuk diulik. Potongan GIF dipinjam dari artikel Edu’s BBQ: Scouting Victor Osimhen [Again, must read must subscribe!]
Nggak banyak Striker yang sedominan itu nge-body lawannya buat nge-klaim spot bagus untuk mencetak gol. Dominasi area. Duel udaranya juga gawat

Osimhen (mungkin) adalah tipe Striker yang “rela” untuk link up jemput bola atau bergerak melebar dengan satu fokus utama: Mendapat peluang untuk dirinya sendiri cetak gol

Akselerasi-nya setelah terima bola. Saya kalau melihat pemain terima bola (Apalagi bola daerah), untuk bisa mengontrolnya dengan baik, maka mereka perlu memelankan laju lari sedikit untuk kontrol bola, setelah itu butuh waktu untuk masuk top speed lagi. Osimhen tidak butuh waktu banyak untuk masuk top speed setelah kontrol bola. Bayangkan bahayanya saat situasi transisi bertahan ke menyerang…

Mungkin, Osimhen tidak semenarik musim lalu ketika membawa Napoli jadi juara Serie A. Mungkin, harganya yang sudah dimainkan sana-sini bikin klub penawar jadi ilfil. Tapi kualitas fisik yang ditawarkan dari dominasi area, duel udara, dan kecepatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar.
Victor Osimhen is still my personal favorite.
14. Ollie Watkins, Aston Villa

Jika saya ditanya, “Kalau mau beli Striker di Premier League, siapa yang paling low risk?” Maka akan saya jawab Ollie Watkins. Dibandingkan dengan semua striker di Premier League, Watkins adalah salah satu nama top dari aspek “Balanced”
Balanced mungkin terlalu humble untuk mendeskripsikan Watkins. Mari gunakan kata “Complete”
Seperti apa Complete-nya? Di website Premier League, ada bacaan yang ringan tapi on point dalam memahami Watkins. Saya akan rangkumkan sedikit:
Kata kunci pertama: Unai Emery memberikan wadah bagi Watkins untuk perform. Gimana caranya? Ini caranya
“Before, maybe I was running into the channels and into the corners and doing a lot of work for the team,” Kata Watkins ketika diwawancara. “Now, I’m staying within the width of the box and timing my runs.”
Nah ini kuncinya, dulu, Watkins main di sayap, maka secara nggak sadar ia banyak melipir ke sayap. Tapi, sama Unai Emery dirasa kebanyakan melipirnya, jadi dibatasi pergerakannya di sekitar kotak penalty aja…
Unai Emery membuat sistem di mana bola dibawa sesegera mungkin ke daerah lawan setelah berhasil merebut bola. Lalu biasanya ada satu-dua orang yang mengeksploitasi garis pertahanan lawan… Utamanya orang itu adalah Waktins

Masterclass~
13. Serhou Guirassy, Stuttgart

Guirassy adalah pemain yang bikin saya “Apa-apaan nih?!” - 0.98 non-penalty goals per 90 menit dari 0.72 xG per 90 menit??? Kalau nggak kebayang seperti apa absurd-nya, nih saya kasih visualnya…

Karena kemampuan mencetak gol-nya sudah absurd banget. Mari fokus ke pertanyaan berikutnya. Apakah form yang gacor di musim ini bisa dipertahankan di musim-musim berikutnya? Visual dari Ben Griffis di bawah ini yang membuat saya mempertanyakan hal itu…

12. Kai Havertz, Arsenal

Havertzzz!
Ketika menulis bagian ini, harus tahan supaya nggak jadi satu artikel sendiri. 😂
First of all, better Ranking than Watkins?! What, seriously? Yah, inilah yang tadi saya bilang, tinggi badan, usia, dan market value lumayan ngaruh ke urutan Ranking akhir… Havertz dengan tinggi 193 cm tentu diuntungkan.
Tapi, apakah cuma itu aja? Enggak dong… Kita flashback ke artikel soal Kai Havertz yang saya tulis Maret lalu. Kita ulik lagi soal Havertz sebagai Striker.
Ketika penyerang lain membuyarkan konsentrasi lawan, Havertz akan benar-benar sigap dalam mencari space terbaik untuk semudah mungkin mencetak gol. Makanya, ketika sekalinya Havertz dapat peluang shooting, xG / Shot-nya tinggi
Yang terus menerus ditunjukkan: 1) mengeksekusi timing mulai lari, 2) timing mulai masuk kotak penalty, 3) ambil posisi untuk shooting dengan baik
Ketika data ini ditarik, Havertz bermain bergantian di dua posisi. Striker dan Left-CM, maka secara otomatis catatan “Play Outside Penalty Area”-nya tinggi
Kemudian, yang kurang dari Havertz adalah jumlah tembakannya. Jadi memang banyak menyentuh bola, tapi dibandingkan Striker lain, sedikit yang jadi tembakan. Padahal, xG / Shot-nya oke.
Jadi, saya sempat berteori… Mungkin kalau Havertz lebih banyak memberanikan diri untuk nge-shoot, gol akan mengalir dengan sendirinya.
Ini juga sempat saya tulis di artikel sebelumnya:
Pergerakan mencari ruang untuk menembak bola sudah sangat-sangat mantap, PRnya ada di bagaimana ia bisa beraksi dengan lebih banyak mengandalkan insting ketika mendapat bola daerah…
Little details, fine margins: Sedikit lebih cepat buat memulai sprint, sedikit lebih cepat buat mengejar bola, sedikit lebih cepat buat mengayunkan kaki. Maka situasi yang tidak ada xG-nya bisa jadi berbuah xG besar
Sebelum Maret: 2.2 shot per 90 dan 0.24 xG/Shot sebagai #9 bisa dipertahankan bahkan meningkat misalnya jadi 3 shot per 90 dan at least 0.2 xG/Shot (yang tentunya harus berbuah gol) seiring bertambahnya jumlah match, maka ini adalah angka striker papan atas…
Nggak ada alasan buat ragu lagi mempatenkan Havertz di posisi no #9. I’ll believe things when I fully see it… 🙌
Lalu hasilnya? Kita track sepanjang 2024, di match-match setelah pulang dari Dubai…

Bisa dibilang, jumlah shooting yang didapat Havertz bisa dipertahankan di 2 Shot / Game (67% dari target 3 Shot) dan xG / Shot-nya sedikit meningkat dari Januari - Maret di 0.24, dan sekarang Januari - Mei di 0.25.
Ini catatan per match-nya:

Bila kita zoom in ke match spesifik, di match akhir ketika Havertz bisa dapat 9 shot itu progress banget… Dari temuan Scott Willis, Havertz belum pernah dapat shot sebanyak itu dalam satu match. Terbanyak di 5 tembakan, sebelum lawan Everton di GW38 Premier League.
Tambahan aja, 4 dari 9 tembakan itu adalah sundulan… Ini juga terbanyak Havertz nyundul bola untuk nge-shoot. Selain memang dari Havertz-nya yang mampu dapat bola di udara, rekan se-tim juga sudah mulai terbiasa memanfaatkan tinggi badan Havertz.
Kesimpulan & langkah selanjutnya:
Target 3 Shot / Match (Hampir) dan 0.2 xG / Shot (Achieved) dilalui dengan cukup baik — Makin yakin untuk Havertz paten di posisi Striker
Dengan patennya Havertz di posisi Striker, maka penguatan lini depan jadi lebih fleksibel. Mungkin bisa cari Striker muda potensial… Atau Striker yang bisa isi posisi sayap. Jadi tidak terpaku ke “CF” atau “Nomor 9” murni saja
Kai Havertz, Striker.
Kai Havertz:
🗣️ “It’s just fun to play as a number 9. I really enjoy it.”
— Connor Humm (@TikiTakaConnor)
1:47 PM • May 4, 2024
11. Dušan Vlahović, Juventus

Januari 2022 adalah waktu yang dinanti-nantikan fanbase Arsenal untuk kedatangan Dušan Vlahović. Transfer itu tidak terjadi, namun hal-hal yang membuat kita excited menunggu kedatangannya masih ada dalam diri Vlahović.
Bayangkan, ketika bola dikirim jauh dari lini kedua, kemudian Striker kita memegang bola beberapa detik… Sendirian di depan, dibayangi 2-3 pemain lawan, namun tetap bisa melepaskan tendangan yang oke banget. Goal, out of thin air

Ketika menerima bola, 1-2 sentuhan, bisa berkontribusi dalam membuat alur serangan tetap melaju ke depan dan tidak terputus. Di Fiorentina, di Juventus, tetap bisa kita lihat gaya seperti ini.

Yang outstanding dari Vlahović pada temuan saya adalah rasio jumlah tembakannya berbanding jumlah peluang menembak yang didapatkan timnya. Dalam rasio ini, Vlahovic berada di peringkat 2 dari semua Striker pada Ranking ini (Nomor 1, Rodrigo Muniz).
Artinya, Vlahović mampu melepas tembakan walau peluang yang didapat tidak banyak. Tipe yang nalurinya adalah melepas tembakan ke gawang sesegera mungkin. Di satu sisi, ini terlihat “boros” karena konversi Shot → Goal-nya di sekitar 14% — Rata-rata Striker di Ranking ini adalah 16%.
Namun, di sisi lain kita bisa bilang juga bahwa Vlahović adalah tipe Striker yang mampu menciptakan peluangnya sendiri.
10. Gianluca Scamacca, Atalanta

Top Ten! Gianluca Scamacca, 195 cm. Punya tinggi segitu sudah pasti punya keuntungan dalam perhitungan formula Ranking ini. 😅
Sebelum bahas lebih lanjut, saya cuma mau bilang good job untuk Atalanta karena berhasil meng-upgrade Højlund dengan Scamacca — West Ham benar-benar recommended seller, kan? 😛
Ini yang saya notice dari Scamacca musim 2023/24:
Musim ini SUPER klinis. Non-penalty xG di Liga 0.4 per 90 menit, golnya 0.7 per 90 menit, beda +0.3 itu tinggi banget di Ranking Striker ini. 2022/23 di West Ham lumayan klinis lah (npxG 0.23, npG 0.28 per 90 menit). 2021/22 di Sassuolo juga (npxG 0.43, npG 0.63 per 90 menit)
Scamacca mampu menjaga bola di depan ketika bola diberi ke dia. Entah dengan membaginya ke temannya yang punya ruang lebih terbuka, atau dibawa pendek. Per 90 menit di Liga, Scamacca menerima 10 Progressive Passes, terbanyak juga di Ranking ini. Dipercaya sebagai target saat Atalanta mengalirkan bola ke depan.
Gaya main ini juga sangat membantu rekan-rekannya yang main sebagai “Penyerang Lubang” baik itu Ademola Lookman, De Keteleare, dll — Karena mau nggak mau, perhatian bek lawan sering teralih ke Scamacca yang badannya gede, tapi kontrol bolanya bagus…
Kesimpulan versi saya… Dengan bermain di tim yang lebih banyak memegang possession (Setidaknya lebih banyak daripada di West Ham), potensi Scamacca lebih keluar. Dengan menyentuh bola lebih banyak, Scamacca bisa lebih membawa pengaruh positif ke permainan tim.
9. Lautaro Martínez, Inter

MVP Serie A 2023/24. Untuk urusan Finsihing, Lautaro Martínez juara 1 di Ranking ini.
Yang mau saya bilang untuk Lautaro singkat saja: Ia membuat mencetak gol seakan-akan mudah. Kenapa saya bilang begitu? Jika dilihat pada kompilasi video di atas, kita bisa menemukan Lautaro seringkali di posisi yang tidak terjaga, atau bek lawan telat menjaganya. Jadinya, secara konsisten, ia selalu dapatkan momentum menembak yang baik.
Saya harus nonton berulang-ulang sih, tapi saya punya asumsi kalau lini tengah Inter mampu terus-menerus mengalihkan lawan ke satu sisi, dan Lautaro datang dari sisi lainnya, sehingga… Dor! Tiba-tiba muncul aja di depan gawang,
Jika Lautaro lebih muda dan punya market value lebih murah, sudah tentu masuk 3 besar.
8. Santiago Gimenez, Feyenoord

Oke, jadi kesan saya untuk Santiago Gimenez adalah:
Very deadly di kotak penalty. Selalu aja ada cara untuk menemukan ruang tembak. Entah dari tipis-tipis mengurai jebakan offside, dari sentuhan 1-2 dan ayunan kaki yang cepat, berlari jadi yang pertama untuk masuk kotak penalty, atau memenangkan duel fisik dengan bek lawan… Macam-macam caranya. Intinya bikin gol di kotak penalty
Di sisi lain, Gimenez bisa dibilang “ngendok” di kotak penalty dan tidak banyak memegang bola. Jadi mungkin akan kita pertanyakan sejauh apa kemampuannya dalam terlibat di build-up serangan
Yang juga saya notice adalah kemampuannya di kotak penalty dalam menemukan ruang tembak adalah kombinasi fisik dan kecepatan berpikir. Karena itu fundamental sekali, saya rasa kemampuannya bisa tetap berlaku di Liga top Eropa lainnya, selain Eredivisie.
7. Alexander Sørloth, Villarreal

Saat tulisan ini dibuat, nama Sørloth lagi panas berkat quattrick-nya ke gawang Real Madrid dan kejar-kejarannya dengan Artem Dovbyk untuk posisi top skor La Liga.
3 musim terakhir, tren finishing Sørloth di La Liga:
2023/24 → Non-Penalty xG: 0.44, Non-Penalty Goals: 0.84 per 90 menit (+0.4, hampir 2x lipat!) — Artinya, tiap ada kemungkinan Sørloth cetak 1 gol, dia akan cetak 2 gol 😱
2022/23 → npxG: 0.48, npG: 0.45 (-0.03)
2021/22 → npxG: 0.3, npG: 0.2 (-0.1)
Kenapa bisa begini? Apa yang beda di musim ini dan musim sebelumnya?
Saya membaca scouting report dari @DKonstansjak di Twitter pada musim 2021/22 dan mendapati ciri khas bermain Sørloth tidak banyak berubah dari musim ke musim:
One transfer that went under the radar is Alexander Sørloth to Real Sociedad.
Following a blistering campaign in Turkey, his stint with RB Leipzig was underwhelming due to absences and injuries.
But I feel he can still diversify La Real's attack. Here's why.
👇
|THREAD|
— Domagoj Kostanjšak (@DKostanjsak)
11:31 AM • Sep 9, 2021
Tinggi besar, tapi mobile. Tipe Striker masa kini yang nggak ragu jemput bola atau bergerak melebar
Tembakan yang berasal dari sentuhan minimal. Dapat bola, 1-2 sentuhan dan gerakan, shoot
Jarak rata-rata shooting yang selalu dekat gawang dari musim ke musim. Poacher sejati
Seperti halnya Guirassy, Sørloth menemukan momentumnya di musim ini. Maka pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana keberlanjutan form ini di musim-musim depan.
6. Marcus Thuram, Inter

Ketika saya menghitung hasil akhir Ranking dan mendapati Thuram di peringkat 6, timbul pertanyaan:
Kenapa Rank Thuram lebih tinggi dari Lautaro? Padahal Lautaro yang lebih produktif mencetak gol
Dalam aspek Shot/Touches, xG/Shot, Finishing, dan Play Outside Penalty Area tidak ada yang terlalu menonjol, tapi berimbang di tengah…
…Sehingga membuatnya jadi Striker paling “Balanced” di list Ranking ini. Interpretasinya, profil seperti Thuram bisa terpakai di skema serangan seperti apa pun karena…
…Thuram memiliki fundamental yang kuat dalam bergerak membaca permainan. Kesan saya, tidak ada gerakan yang sia-sia dari Thuram
Lalu, kenapa formula yang saya susun menaruh Thuram sedikit lebih tinggi dari Lautaro? Salah satu alasannya di link fb-ref ini, ada catatan rekap gol masing-masing Thuram dan Lautaro dan dari mana gol itu berasal (Umpan, dribbling, dll). Disebutnya Goal Creating Actions (GCA)
Gol Thuram → 4x Lautaro berperan langsung
Gol Lautaro → 12x Thuram berperan langsung
Tambahan, tinggi badan 188 cm jadi nilai plus di Ranking ini
Thuram dan Lautaro, keduanya menurut saya layak ada di 10 besar untuk musim ini. Pasalnya, duet Striker ini bisa dibilang sumber kreativitas Inter dalam menyerang, selain jadi penyelesai akhir.
“Playing with Lautaro is brilliant.”
“There are no ‘first’ or ‘second’ strikers here. Just players who do their best to help the team.”
5. Loïs Openda, RB Leipzig

Jika pemain 174 cm bisa menyodok ke 5 besar, tandanya data mentah-nya sebelum dikalibrasi luar biasa. 😅
Mari kita mulai bahas Openda dari:
Jumlah tembakan: 3.94 per 90 menit
Jumlah xG / Shot: 0.17
Selisih Gol dan xG (non-penalty): +0.08
Angka-angka ini menunjukkan bahwa Openda adalah Striker yang banyak menembak, kualitas peluangnya oke, finishing-nya juga oke.
Lalu kita ulik, dari mana sumbernya hingga Openda bisa konsisten banyak menembak dengan peluang yang oke?
Let’s take a look to analysis from Bundesliga Official Page — Berikut interpretasi saya:
Openda mampu berulangkali mengeksploitasi gap-gap kecil di pertahanan lawan
Ciri khasnya adalah larinya yang cepat dan fokus untuk punya timing lebih cepat dari penjagaan lawan mengarah ke zona shooting terbaik… Walaupun larinya itu dilakukan jauh dari lini tengah
Rinse, repeat
Goal machine!
4. Benjamin Šeško, RB Leipzig

Nonton di YouTube aja, kita pasti langsung tahu kalau Šeško punya tendangan kencang, cepat, dan tinggi serta kuat berduel udara.
Saya mau buka pembahasan Šeško dari sisi lain. Mengutip advice Thierry Henry ke Erling Haaland.
"I said on air that in the box, there is nothing you can learn - what you do is second to none. But... back to the goal, going on to your right sometimes and making some runs that you don't want to go... there's some stuff that you can learn.”
Nah, ini rupanya yang dilakukan Šeško. Belum sempurna, tentu.
Benjamin Šeško tidak masalah untuk mengancam gawang lawan dari berbagai sisi dan sudut. Misalnya masuk dari kanan walaupun aslinya berkaki kiri. Ini yang bikin dia lebih unpredictable untuk dijaga.
Caranya bisa macam-macam. Entah dengan dribble, atau mencari kawan di dekatnya untuk kombinasi masuk ke kotak penalty.

Masuk dari kiri via dribble… Saya jadi inget Martinelli kalau lihat gaya dribble Šeško. Nggak banyak cingcong dan seakan bilang “Awas! Awas!”

Shooting dari kanan. BAM!
Supaya lebih jelas… Berikut data-nya di musim ini. Sumber: bundesligaanalysis.com

Lebih lancar masuk dari kiri tapi kadang mau coba mulai dari kanan

Dominan untuk shoot dari kiri tapi ada dari kanan juga
Di luar itu, yang saya notice: Šeško punya fundamental yang oke banget buat Striker sekarang-sekarang ini. Walaupun kelihatan eksekusinya masih mentah.
Kalau nonton RB Leipzig full 90 menit aja, pasti ada momen di mana kita merasa pergerakannya udah pas, tapi kita merasa dia bisa bikin keputusan yang lebih matang…
Overall, one for the future.
3. Viktor Gyökeres, Sporting CP

Untuk Gyökeres, saya mau mengutip potongan dari Scouting Arsenal Vision Podcast. Soalnya, ini spot on banget untuk mendeskripsikan gaya main Gyökeres.
Here’s a little excerpt from our Gyokeres and Sesko scouting video with @clivepafc. Full video is an hour long. 🔬
— ArsenalVision Podcast (@ArsenalVPodcast)
11:59 PM • Mar 21, 2024
Sedikit dirangkum:
Yang menonjol dari Gyökeres adalah kemampuannya untuk mengambil keputusan
Jika dia dapat bola, dia akan cari sebisa mungkin cara untuk menembak
Kalau tidak bisa, ya otaknya langsung switch. Cari posisi kawan lain yang lebih memungkinkan
Tambahan dari saya: Ini menunjukkan kematangan yang didapat dari pengalaman… Plus, Arsenal juga kemungkinan lebih cocok sama sosok Striker yang “Egois sekaligus gak egois” (If that makes sense) — Contohnya: Havertz yang kadang-kadang bikin operan simpel ke kawan di dekatnya
Lalu, catatan yang saya dapat juga kurang lebih mendukung pengamatan saya via cuplikan video Gyökeres:
“xG / Shot” serta “Finishing”-nya top. Jumlah gol yang ia hasilkan musim ini jadi buktinya
“Play Outside Penalty Area” yang di atas rata-rata, dengan “Shot / Touches” yang sedikit di bawah mengindikasikan bahwa Gyökeres mampu terlibat dalam proses membangun serangan, dengan insting yang berimbang antara shooting dan passing
Musim ini Gyökeres on fire bareng Sporting. Mungkin kalau mau mencari-cari lemahnya, ada saat dia memegang bola, kadang ia melakukan salah kontrol atau bola cepat terebut lawan… Yang mana kadang bisa jadi trigger untuk serangan balik.
Overall, Gyökeres menunjukkan bahwa ia adalah Striker yang komplet. Pantas kalau Sporting pede kasih bandrol 100 juta Euro. 😛
2. Victor Boniface, Leverkusen

Kenapa Boniface?
Jujur, saya heran sendiri. Di antara 10 besar, ada nama Victor Boniface yang secara Finishing di bawah rata-rata Striker pada list ini, meskipun secara xG / Shot dan jumlah Shot-nya tinggi.
Apa yang mengatrol Rank-nya? Ada 2 Spek: “Play Outside Penalty Area” & “xG / Shot”
Mari kita mulai dari Spek “Play Outside Penalty Area”
Ketika saya ulik jumlah sentuhan di Final Third & Kotak Penalty, Boniface memimpin di keduanya dibandingkan Striker lain di list ini
Bisa dibilang, serangan Leverkusen dipercayakan untuk dimulai atau diakhiri via operan ke Boniface
Ini bisa terjadi karena Boniface bisa dipercaya untuk menahan bola dan menemukan opsi terbaik setelahnya. Entah dibawa, atau dioper. Fisiknya nggak kalah kalau digempur — Terlampir pada video di tweet di bawah
Kurangnya? Mungkin ada kalanya kontrol bolanya lepas (Dari catatan Miscontrol di fb-ref, 1.75 per 90 menit — Hitungannya lumayan banyak)
Lanjut ke Spek “xG / Shot”
Boniface bisa punya 0.7 non Penalty xG per 90 menit di Liga dan 0.16 xG/Shot. Itu sudah terhitung sangat tinggi di list Ranking ini
Kenapa Boniface bisa konsisten mendapatkan peluang bagus dan xG besar?
Tebakan saya sih, karena ya memang jeli buat timing masuk kotak penalty. Jeli dalam mengatur kapan berhenti, kapan geser-geser, kapan mempercepat lari, sehingga ada di momen yang tepat untuk menerima supply bola — Terlampir pada video di tweet di bawah
Credits untuk nicolasach.medium.com untuk referensinya memberikan insight lebih soal Boniface!
Kemudian, saya mau bahas sedikit issue Finishing Boniface. Per 90 menit, Boniface underperform xG-nya sebanyak -0.13. Artinya, gol yang dicetak lebih sedikit daripada yang di-expect.
Kurang lebih issue-nya mirip Nunez dan Jackson — Mampu bergerak secara konsisten ke posisi yang baik untuk mencetak gol, namun jumlah gol-nya tidak sebanyak ekspektasi.
Yah, kalau menurut saya sih, untuk urusan ini, Boniface nggak separah Nunez atau Jackson, Finishing-nya (Mereka berdua lebih rendah lagi selisih xG dan Gol-nya). Jadi Rank-nya masih bisa di atas dan kelebihan yang saya share di atas mengkompromikan Finishing-nya.
Personally, saya mending kalau Striker underperform xG (Tapi jangan terlalu parah juga sih selisihnya) daripada overperform xG tapi overperform-nya nggak konsisten bermusim-musim. Karena tandanya dia bisa terus menerus cari peluang bagus sedangkan finishing bisa lebih fluktuatif.
Itu menurut saya, ya. I don’t know about you…
1. Alexander Isak, Newcastle

Finally, Rank 1! I will let the GIFs below do the explanation. 😉
Saya coba carikan sebisanya yang cuplikannya lagi di posisi nyerang defense yang lagi settle ya. (Bukan counter attack)
Ingat yang saya tadi bilang soal Šeško bergerak ke kedua sisi lapangan untuk inisiasi serangan?
Ini yang dilakukan Isak, bergerak dari kiri, bergerak dari kanan. Pergerakannya juga licin selayaknya Winger.

Masuk dari kiri

Masuk dari kanan
Ingat yang saya tadi bilang soal Gyökeres mampu membuat keputusan cepat dan tepat untuk tahan bola atau mengoper ketika bola sampai di dia saat menyerang?
Ini yang dilakukan Isak, bawa sendiri boleh, oper ke kawan yang kosong juga boleh.

Mau agak nekat langsung insting tendang? Hayuk

Opsi shooting tertutup, cari opsi lain untuk tetap menyerang
Ingat yang saya tadi bilang soal Boniface yang mampu secara konsisten dapat momentum untuk menembak di kotak penalty?
Ini juga yang dilakukan Isak, tanpa lawan sadar, ia sudah masuk duluan di kotak penalty dan siap mencetak gol…

Right place right time for a tap in!

Pas nengok baru lihat ada Isak? Sudah terlambattt
Tambah lagi: You want him to press high? Okay!

Ini contoh aja ya, ga cuma sekali kok Isak bisa begini~
Alexander Isak. Untuk musim ini, saya rasa ia menunjukkan kemampuan yang paling komplet… Kalau mengacu ke formula yang saya bikin ini. Itu juga yang membuat angka Spek “Balanced”-nya sangat tinggi.
Tentu, concern yang valid adalah catatan cederanya yang tiap musim ada saja yang sampai berminggu-minggu, serta… Harganya yang nggak akan murah, kan? Tapi… Jika Newcastle memang kepepet harus lepas pemain? Bisa jadi?
Faktor-faktor yang internal klub lebih tahu, pokoknya.
Kalau klub memang nge-push, berarti mereka sudah punya plan baik soal cedera maupun harga. 😃
—
Btw! Saat saya lagi menulis artikel ini, saya menemukan obrolan Charles Watts (Reporter yang meliput Arsenal), dan Teamnewsandtix (Ordal yang sering dapat bocoran line up dan transfer Arsenal, pemain FPL pasti familiar) bilang begini soal Isak.
Saya kumpulin data dan nulis sekitar 10 hari. Quote ini muncul 2 hari yang lalu.😅
Tweet-nya di bawah ⬇️
🚨 @Teamnewsandtix on Isak: “Arteta is a massive, massive fan. He’s one that Arteta sees, if he could get ONE player, only sign one player, it would be Isak. He loves him, but Newcastle don’t want to lose him.” [@charles_watts YouTube]
🔗 Full quotes: youtu.be/8EahFwlSxVo?si…
— afcstuff (@afcstuff)
11:27 AM • May 24, 2024
Rekap List Top 30 Ranking Striker

Ini kalau mau lihat rekapan semua yang di atas dalam satu gambar! Sekali lagi saya mau ingatkan kalau skor akhir itu dikalibrasi dengan Liga, Umur, Tinggi Badan, Market Value.
Jadi, 5 Spek Shot / Touches, xG / Shot, Finishing, Play Outside Penalty Box, dan Balanced itu tidak dirata-rata langsung, tapi dihitung lagi sesuai kriteria kalibrasi di atas. Lalu dapat deh, Ranking-nya.
Saya juga sekalian share recap gambar per individu di link ini. Silakan!
Kalau penasaran, saya juga lampirkan rekapan 10 besar dari masing-masing 5 Spek. For your reference. ⬇️
Rekap per Spek: Shot / Touches

Rekap per Spek: xG / Shot

Rekap per Spek: Finishing

Rekap per Spek: Play Outside Penalty Area

Balanced

Pilihan Jatuh Kepada…
Kali ini sih, saya cukup puas sama formula Ranking-nya. Karena bisa dibilang yang masuk 10 besar agak-agak setipe. 😄
Reminder lagi untuk kriterianya:
“Saya mau striker yang bisa shoot di situasi apa pun.
Bisa konsisten dapat peluang yang bagus, juga mengkonversinya jadi gol.
Ketika dibutuhkan, bisa terlibat di permainan, ga cuma nunggu di kotak penalty.
Dengan fisik yang juga dominan, masih muda dan bisa berkembang, didapat dengan biaya mungkin mahal tapi masih terjangkau... Kayaknya.”
Dari sini, 4 besar Ranking masuk semua ke kriteria:

Alexander Isak, Newcastle, 192 cm, 24 tahun → 10 besar di kategori Spek xG / Shot & Balanced
Victor Boniface, Leverkusen, 191 cm, 23 tahun → 10 besar di kategori Shot / Touches & xG / Shot
Victor Gyökeres, Sporting CP, 187 cm, 26 tahun → 10 besar di kategori Finishing & xG / Shot
Benjamin Šeško, RB Leipzig, 193 cm, 20 tahun → 10 besar di kategori Finishing
Pilihan saya jatuh di antara 4 ini. Yang mana pasti cara pakainya masing-masing akan beda, jika memang salah satunya jodoh di kita musim depan.
Semua pasti mahal… Tinggal pilih aja mahal di atas 100 juta Pounds (Patokan: Rice) atau mahal antara 50-100 juta Pounds (Patokan: Havertz). Masih mampu, kan? 🤣
Btw — Tambah 1 personal favorite boleh, ya? Victor Osimhen.
Penutup
Sebelumnya, di saga Declan Rice, saya merasa kita transfer Declan Rice itu “Now or Never”, “Do or Die”, “Rice atau tidak sama sekali.”
Kali ini, dengan adanya Havertz yang nyetel sebagai Striker, jika kita ingin memperkuat lini depan… Saya merasa tim bisa punya alternatif: Mau ambil di market budget berapa? Buat starter atau cadangan? Pemain muda atau pengalaman? Lebih fleksibel.
Mungkin juga, ada kejutan taktik yang kita nggak tau dan nama yang dibeli nggak disangka-sangka…
Saya sudah siap kalau sudah panjang-panjang riset dan nulis artikel, ternyata nama yang dibeli nggak ada sama sekali di sini. 🙈
Yang penting mah, Arsenal makin kuat! 💪
#COYG