Jadi Gimana Nih Arsenal di Januari?

Menelaah Pintu Utama menaikkan level tim: Bursa Transfer

Di All or Nothing, Mikel Arteta bicara soal ā€œHigh Performing Teamsā€

ā€œHigh performance teams all have something in common: They get results,ā€

ā€œThey do it only for one reason: Because they love what they do. That is their drive, that is their purpose.ā€

— Mikel Arteta

2 poin penting dari pernyataan Arteta di atas:

  1. They get results (Hasil)

  2. They love what they do (ā€˜Bahan bakar’ dari hasil yang didapat)

Nanti kita akan kembali membahas ini lebih dalam, tapi sebelumnya saya mau lanjut sedikit membahas ā€œHigh Performing Teams.ā€

Menurut teman-teman pembaca, apa faktor yang bisa menjadikan sebuah tim adalah ā€œHigh Performing Teamsā€?

Silakan dijawab dengan versi masing-masing. Tapi dari perspektif saya, tim yang baik akan terbangun ketika orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah yang terbaik.

Investing in People.

1ļøāƒ£ Recruitment Needs to be SUPER Strong šŸ’Ŗ

ā€œAt Google, we front-load our people investment. This means the majority of our time and money spent on people is invested in attracting, assessing, and cultivating new hires. We spend more than twice as much on recruiting, as a percentage of our people budget, as an average company. If we are better able to select up front, that means we have less work to do with them once they are hiredā€ 

— Laszlo Bock, (former) Senior Vice President of People Operations at Google

Sebelum lanjut lebih jauh, saya mau mengutip & mengamini betul kata Laszlo Bock, VP HRD-nya Google. Kalau recruitment itu mungkin akan ribet dan lebih lama di awal. Effort-nya lebih banyak di assessment sebelum merekrut.

Namun, ke belakang-belakangnya jadi less drama karena orang yang akhirnya dipilih sudah tepat.

Recruitment yang cocok akan membawa rerata kemampuan tiap individu dalam suatu tim meningkat.

Contoh super sederhananya (Anggap aja skill bisa di-angka-kan kayak di game, ya):

  • Sebuah tim berisikan Aldi, Budi, dan Corla. Skill-nya di 75, 80, dan 85 - Rata-ratanya 80

  • Ada Dayat (Skill 70), Endang (80), sama Fa’ang (90), kandidat yang akan direkrut

  • Kalau Dayat direkrut, rata-rata skill tim jadi 77.5 (Turun), Kalau Endang, rata-rata jadi 80 (Sama), kalau Fa’ang, rata-rata jadi 82.5 (Meningkat)

  • Apa pun yang terjadi, coba rekrut Fa’ang. Kalau ga dapet Fa’ang, minimal banget ya Endang. Jangan sampe harus settle ke Dayat cuma karena pengen cepet ada orang baru

Yup, skill manusia itu kompleks dan ga segampang itu di-angka-kan, tapi ini ilustrasi aja kalau talenta yang baik pasti akan mengangkat level tim.

Saya sendiri juga mengalami saat merekrut orang, kalau emang nggak ada yang pas banget, lebih baik tunggu & investasikan effort buat cari profil yang benar-benar pas ketimbang merekrut yang asal ada aja.

Kalau rekrut asal ada, training-nya ribet. Belum kalau ada isu-isu lain di pekerjaannya nanti. Target jangka pendek bisa miss dikit-dikitlah karena kurang orang. Tapi jangan sampai orang baru malah jadi beban buat target jangka panjang tim.

Mungkin ini juga yang dialami Arsenal di Winter 2022 lalu ketika kita berakhir nggak merekrut penyerang satu pun. Padahal Auba udah dilepas.

Musim ini malah terasa deja vu Winter sebelumnya, karena Gabriel Jesus juga akan cedera sampai akhir Februari, sehingga di periode Januari-Februari, udah pasti kita kurang orang. Menarik buat disimak gimana pergerakan Winter kali ini.

Di dua situasi tersebut, kebutuhan merekrut jadi lebih urgent, namun sikap bos kita tetap sama:

"We don't need a body, we need players that make the team better."

— Mikel Arteta

2ļøāƒ£ Talenta Terbaik Mengundang Talenta Terbaik āš”ļø

Recruiting players that make the team better is a MUST.

Keberhasilan dalam merekrut talenta yang baik juga akan berpengaruh ke talenta-talenta lain yang selanjutnya akan direkrut.

Di banyak kasus, pertimbangan seorang talenta terbaik dalam memilih tim adalah kualitas anggota tim yang akan bekerja sama dengannya. Track record dan portofolio masing-masing calon teammate semua akan dicek oleh talenta tersebut.

Bukan uang, bukan nama besar yang dicari. Semata-mata agar bisa berkumpul dengan talenta terbaik demi mengembangkan diri lebih jauh lagi.

Rupa-rupanya, dua paragraf di atas bukan sekadar teori. Talenta-talenta terbaik sepakbola mulai ā€˜ketahuan’ nonton & memperhatikan Arsenal, yang memang saat ini lagi on fire & memimpin klasemen Premier League.

Salah satunya Rafael Leao (AC Milan - šŸ‡µšŸ‡¹) yang bilang kalau tahun ini dia nonton dan ngikutin Arsenal. Jangan menyimpulkan terlalu jauh, ya. Minimal ada indikasi kalau di mata talenta ini, Arsenal adalah tim yang menarik. Itu dulu aja.

Membahas pemain yang nonton Arsenal, nggak lengkap rasanya kalau kita nggak tampilkan Mykhaylo Mudryk (Shakhtar Donetsk - šŸ‡ŗšŸ‡¦), yang udah terang-terangan nge-share di IG Story kalau dia nonton Arsenal vs West Ham di Boxing Day šŸ˜…

Bener-bener dah nih anak. 🤣

Anyway, yang mau disampaikan di poin ini adalah:

  • ā€˜Talenta terbaik mengundang talenta terbaik’ berlaku juga di dunia persepakbolaan. Tim dengan talenta dan hasil terbaik (Contoh: Peringkat 1 Premier League) akan menarik mata mereka-mereka yang ingin ikut berkontribusi juga

  • Hasil rekrutan sebelumnya serta performa tim juga akan berkontribusi ke rekrutan selanjutnya. Seperti bola salju, peningkatan kualitas akan terus bergulir dan bergulir sehingga ā€˜dream team’ akan terwujud lebih dekat

Hasil yang Arsenal tunjukkan dari minggu ke minggu, akan berpengaruh ke posisi tawar kita di mata talenta-talenta terbaik.

3ļøāƒ£ Approach Recruitment Ala ā€œChef Eduā€ šŸ‘Øā€

Dua paragraf di nomor 1ļøāƒ£ & 2ļøāƒ£ belum bicara sama sekali soal teknis, kecocokan taktikal, profil pemain, dll dll dll.

Kita baru bicara soal ā€œmindsetā€ merekrut. Tentang bagaimana tim dijalankan dengan sebuah visi. Mencari yang terbaik & bisa mengangkat kualitas tim - Dari sisi teknis dan yang utama, karakter.

ā€œI’m not saying we don’t have a (good) squad, but we need a bigger squad with personalities, with some behaviours, that say, ā€˜I don’t lose that game. I will kill someone but I don’t lose the game’. I think we’ve added some more players with that kind of character.ā€

— Edu Gaspar

Biarpun begitu, pada akhirnya visi yang besar harus dipecah-pecah jadi to-do-list yang kecil-kecil, kan? Yang akan membangun sedikit demi sedikit visi itu akan terwujud.

Saya mencoba menerka-nerka bagaimana Edu, Arteta, dan manajemen Arsenal beroperasi dalam mencari talenta terbaik.

Di sini, saya akan berpedoman ke cara Google merekrut dan melihat: ā€œIni cocok gak ya sama yang di Arsenal?ā€ - Will be a lot of guesses, actually.

ā¬‡ļø Berikut 4 racikan bumbu Edu! ā¬‡ļø

A. Non-Negotiable High Standard

Ini harusnya udah cukup jelas sih karena udah beberapa kali disinggung. Cuma mau menekankan satu hal: ā€œJangan kompromi sama satu kualitas atau value yang ga cocok.ā€

Bisa dari teknis, bisa dari karakter juga. Contohnya kasus Edu ini:

ā€œI faced an experience like this, for a player in Dortmund. I started to talk to them, engage the player, talk to the family, but always, ā€˜Yeah, but what about my contract?’. I said, ā€˜Listen, I want to understand first if you engage with this, if you like this. If you like it, I can talk, but not the opposite side’. ā€˜Ah no, let’s talk about the money…’ No, no, no, no. And one day, I said to the agent: ā€˜Guys, thank you very much, it’s not what I want to do’. Boom.ā€

— Edu Gaspar

Edu pengen approach ā€œseorang pemain di Dortmundā€ - Namun belum apa-apa pembicaraan udah langsung ke kontrak dan uang.

Edu mundur teratur. Sepertinya nggak culture-fit.

B. Sistem Scouting & Analisis Independen

Google memaksimalkan betul tim internal-nya dalam merekrut talenta baru. Pakai jasa headhunter kalau bisa seminimal mungkin.

Dalam bursa transfer, ini kayaknya setara sama keberadaan agen atau pihak ketiga lainnya. Karena network yang harus dibangun pasti banyak sekali, jadi butuh bantuan pihak ketiga buat jaga komunikasi.

Sebenarnya adanya agen itu sangat-sangat baik buat operasional klub.

Tapi yang jadi kendala dalam sistem scouting dan recruitment kita adalah ketika rekomendasi agen benar-benar dilahap mentah-mentah.

Transfer kita di tahun 2020: David Luiz, Cedric Soares, dan Willian datang dari satu agen, yaitu Kia Joorabchian. Beberapa rumor-rumor seperti Philippe Coutinho juga dari Kia.

Bisa dilihat, pada periode itu, kita benar-benar mengandalkan relasi tim Raul Sanllehi (Director of Football saat itu) dan Kia Joorabchian & agen-agen lainnya. Ini belum ngomongin transfer Nicolas Pepe juga…

CEO kita, Vinai Venkatesham menyuarakan concern-nya pada strategi ini:

"We don't select players based on the identity of their agent.

"We select players based on the position we need to strengthen and the characteristics we are looking for in a player and if the player is out there who meets those characteristics.

"Who the agent is comes out at the end, once we have decided who the player is. We are not signing players based on the identity of the agent. That would be a crazy strategy."

— Vinai Venkatesham

Sejak Summer 2021, strategi scouting sepenuhnya diubah. Kebutuhan tim untuk memainkan ā€œArteta-ballā€ jadi nomor satu. Edu merombak total divisi scouting-nya untuk menyeimbangkan antara scouting tradisional & yang berbasis Data Analysis.

Sejak saat itu, rekrutan kita jadi lebih terarah dan bisa menunjukkan hasil di lapangan.

Karena objective-nya dari awal sudah lurus. Sesuai kebutuhan tim. Bukan hasil relasi.

C. Second Opinion dalam Pengambilan Keputusan

Di masa jabatan Unai Emery, pengambilan keputusan recruitment lebih diserahkan kepada Director of Football, Raul Sanllehi.

Jadi simpelnya, Emery sebagai Head Coach tinggal terima beres rencana-rencana Raul.

Kedengarannya sungguh efektif, tapi…

Ternyata, malah menyisakan masalah-masalah di belakang seperti kecocokan dengan identitas tim, sampai susah dijual dengan harga wajar. Gajinya berat!

Mikel Arteta and Edu face fortnight to save Arsenal ...

Maka dari itu, sejak 2020 ketika Arteta dipromosikan dari Head Coach menjadi Manager, Arteta juga ikut andil pengambilan keputusan transfer.

Bukan cuma masalah jago main bola, tapi juga background check ke karakternya.

Sistemnya fleksibel aja. Ada yang lebih ke Arteta ambil keputusan, ada yang lebih ke Edu ambil keputusan, ada yang memang udah sepakat bareng dari awal.

Contohnya ada di beberapa kasus:

  • Nuno Tavares, Sambi Lokonga, adalah hasil scouting dari departemen yang baru dibentuk oleh Edu. Atau network-network Brazil & Portugal seperti Marquinhos & Fabio Vieira

  • Ada juga beberapa transfer yang Arteta request spesifik. Misalnya Ramsdale, ketika tim Edu nawarin Neto. Atau Tomiyasu, ketika ditawarkan Emerson

  • Ada juga yang dari awal udah satu suara: Ben White, Ƙdegaard. (Perkiraan saya) Gabriel Jesus juga

Dengan adanya Second Opinion dalam pengambilan keputusan, bebannya bisa lebih dibagi. Bisa meminimalkan bias juga karena masing-masing kepala bisa saling koreksi dan menyampaikan objective-nya.

D. Komunikasi + Pendekatan Personal

Saya mau sekali lagi mengutip Laszlo Bock dari Google:

"Make clear why the work you are doing matters, and let the candidate experience the astounding people they will get to work with."

— Laszlo Bock, (former) Senior Vice President of People Operations at Google

Intinya sih, memberikan alasan yang kuat kenapa talenta itu harus bergabung di tim.

Bisa beda-beda alasannya. Dari mulai karier sampai keluarga. Gimana caranya bisa mendekatkan diri secara personal kepada sang talenta. Bahkan jauh dari sebelum Bursa Transfer dibuka.

Untuk hal ini, ā€œBapaknyaā€ Edu, Arsene Wenger jagonya:

ā€œArsene Wenger was a very human guy. I learned a lot from him. He put a lot in place that maybe people didn’t see. He really tried to look after you and your family. He was always very focused on taking care of the people. I liked that.ā€

— Edu Gaspar on Arsene Wenger

Edu says he has spoken to Arsene Wenger about return to Arsenal: 'It would be a real pleasure' | Evening Standard

Saya akan menceritakan satu kasus di mana Edu ngobrol sama Gabriel Jesus sebelum pindah ke Arsenal.

ā€œI worked with Gabriel as well from the national team. I know him, I know his family, I know everyone and that’s why I decided to go there to talk to the family.

ā€œI said to him one thing, which his agent said was really nice. I said: ā€˜Gabriel, I’m here to try to sign you, but not the Gabriel from this season, I want the Gabriel from the other seasons because this season you’ve not played the way I know you. You’ve lost your shine. When I see you this season, I’m not seeing you as before because I know you very well. I want the Gabriel from last season because again you have to be Gabriel’.

ā€œHe looked at me and said: ā€˜You’re right’.ā€

— Edu Gaspar sepik-sepik ke Gabriel Jesus

Kalimat yang membawa Jesus ke Arsenal. Bukan soal uang, bukan soal gelar, tapi soal aktualisasi diri. Bagaimana Gabriel Jesus bisa menemukan dirinya kembali.

Image

Bukan kebetulan juga rekrutan-rekrutan lainnya seperti Zinchenko atau Turner terpantau pernah memakai jersey Arsenal / nge-fan Arsenal di masa remajanya. Ini soal keterikatan yang terbangun sejak lama.

Mantap…

4ļøāƒ£ Jadi, Gimana?

Well, tulisan panjang ini adalah sarana saya untuk menyelami bagaimana mindset recruitment dan apa yang relevan untuk Arsenal di Bursa Transfer.

Image

Ada 5 kesimpulan dan saran (Cielah, kayak mereka bakal baca aja, haha) yang saya ambil dari semua yang saya tulis di atas dan saya harap ini yang terjadi di Bursa Transfer Januari:

  • Jangan nurunin standar kandidat pemain baik dari teknis / karakter. Big NO buat merekrut pemain sedapatnya

  • Sebisa mungkin jangan sampai iya-iya aja sama rekomendasi agen karena kepepet

  • Semoga Edu & Arteta nggak butuh waktu yang terlalu lama buat mengambil keputusan untuk mendekati satu atau lebih kandidat

  • Kalau satu kandidat susah didapat. Entah karena harga atau faktor lain, semoga Edu dan tim udah ngebangun network sama banyak kandidat lainnya. Jadi ga bergantung di satu nama

  • Tetap jaga hubungan baik sama agen dan pemain walaupun transfer belum akan terjadi dalam waktu dekat

High Performance Team: Ready!

Kembali lagi ke poin ā€œHigh Performing Teamsā€ di atas

Siapa pun pemain yang akan join (semoga ada ya), semoga, semoga:

  1. They get results: Menunjukkan jati dirinya di lapangan & bisa adaptasi ke permainan yang sesuai kebutuhan tim

  2. They love what they do: Memiliki alasan yang kuat mengapa mau gabung ke Arsenal dan berkontribusi

Image

#COYG šŸ”“āšŖļø