- GoonerBurger 🍔
- Posts
- ❤️
❤️
Curhat.
Hai, hai.
Sebetulnya, kalau bisa tulisan ini nggak usah terbit.
Karena jika kita dapatkan trofi itu hari ini, kemungkinan saya nggak akan update blog dan mau spam twit aja, kalo bisa 7 hari 7 malam, dan me-retweet semua selebrasi yang lewat di timeline Twitter saya. Hahaha!
Anyway.
Tidak perlu sepertinya menjelaskan kalau hari ini bukan hari bahagia buat kita. Kita ini manusia, tidak mungkin tidak bisa kecewa, sedih, marah, dan lain sebagainya...
Kita juga bisa melihatnya di mata pemain saat menghampiri supporter di Emirates Stadium.
Sebagaimana mereka berusaha mengapresiasi dukungan kita, tatapan sedih dan kecewa itu tidak bisa diusap begitu saja.
Saat melihat mereka, sontak tergambar kembali kilas balik perjalanan kita di musim 2023/24 ini, dan saya merasakan satu hal.
Koneksi.
Saya mengingat kembali hasil-hasil di mana kita tidak menang dan mencoba mengingat ekspresi dan bahasa tubuh mereka, juga wawancara setelah pertandingan.
Tersirat rasa penyesalan dan rasa geregetan, juga bagaimana mereka akan move on dan memperbaiki di pertandingan selanjutnya.
Secara pribadi, saya merasa lega di momen-momen itu. Pun termasuk saat ini, setelah 38 laga di Premier League sudah dituntaskan.
Mungkin teman-teman punya perasaan yang berbeda, nggak masalah...
Tapi, izinkan saya mengelaborasi sedikit rasa lega itu.
Saya merasa lega karena rasa kecewa, rasa sedih, rasa marah, yang saya rasakan adalah perasaan yang saya bagi dengan pemain dan tim nun jauh di sana. Koneksi.
Tidak ada sedikit pun rasa ingin bilang ke tim ini supaya punya kesadaran lebih untuk menang dan menang.
Karena kesadaran itu sudah timbul dan meluap-luap di setiap langkah, di setiap pergerakan dengan bola, tanpa bola. Di setiap kita harus memperbaiki kesalahan karena kehilangan bola. Di setiap momen saat pemain dan pelatih saling bicara satu sama lain.
Di setiap momen selebrasi.
Di setiap momen kita harus menunda selebrasi.
Look at their eyes and don't you dare to say that we are not giving it all to win.
Saya tidak merasa punya urgensi atau sampai hati menunjuk batang hidung mereka dan menuntut mereka untuk mewujudkan hal-hal yang akan bikin saya bahagia.
Saya hanya merasa ikut sedih, ikut kecewa, ikut marah bersama tim, jika sesuatu tidak terjadi seperti yang diinginkan. Mungkin menonton ulang dan mencari tahu, tentunya sesuai kapasitas saya sebagai fans, apa yang tidak berjalan dengan baik saat itu.
Yang mana saya yakin, evaluasi itu juga sudah dijalankan segera setelah melihat apa yang tidak berjalan dengan baik.
Jadi, yang saya rasakan saat ini...
Saya kecewa, sedih, dan marah bersama tim, namun tidak sama sekali kecewa, sedih, dan marah dengan tim.
Begitulah yang saya maksud ketika saya bilang saya merasa lega...
...dan saya yakin saya nggak merasakan ini sendirian, kan?
I believe, we are connected. The Team and The Fans.
Kemudian, berangkat dari rasa itu, saya juga jadi refleksi diri tentang bagaimana saya menjalani musim ini sebagai fans.
Jujur, ketika sesuatu lagi nggak berjalan baik, saya nggak begitu peduli sama kebahagiaan, ekspektasi, atau kebanggaan saya pribadi kalau tim kesayangan saya ini lagi kenapa-kenapa.
Nggak terlalu peduli juga bakal digoreng media dan pundit, di-banter fans lawan maupun fans sendiri, diejek di tempat kerja atau forum online, dan masih banyak lagi yang hubungannya dengan sesuatu yang melukai kebanggan pribadi.
Satu lagi, saya jujur nggak begitu relate kalau ada yang bilang: Jangan terlalu berharap nanti kalau nggak terwujud, sakit. Kata-kata semacam itu lah.
Let me explain a little bit.
Saya sudah merasa terkoneksi begitu dalam dengan tim yang sekarang, sehingga hasil apa pun, dan potensi tim menjadi bahan olokan sudah nggak ngaruh apa-apa. Toh saya punya cara pandang sendiri ke tim yang nggak bisa digoyahkan segampang itu.
Satu-dua hasil buruk, atau target besar yang tertunda nggak membuat kebanggaan saya ke tim jadi goyah. Tetap akan yakin dengan langkah tim ini.
Lalu, dari kebanggaan dan keyakinan itu, timbullah mimpi besar dan ekspektasi untuk memenangkan segalanya. Tim juga sudah menunjukkan dari hasil di lapangan dan catatan statistik jika tiap musim sejak 2020 kita selalu berprogress.
Dari pemain dan manajer juga sudah terang-terangan bilang bahwa tujuan tim ini besar dan itu yang akan diusahakan.
Lalu saya? Tentu satu jalan dengan tujuan itu dan nggak takut untuk bersama-sama tim berharap dengan tujuan besar. Saya sudah mantap untuk melihat ke tujuan itu, tentu dengan segala kemungkinan akan berhasil atau tertunda.
That's because I feel we are connected.
Maka ketika sudah sama-sama merasa tujuan kita besar, hal itu akan datang dengan konsekuensi bahwa jalannya nggak akan mulus. Rasa bahagia dan kecewa akan berjalan beriringan. Part of the package.
Jadi, ketika saya merasa kecewa karena semua tidak berjalan begitu baik, saya menerima rasa kecewa itu dengan penuh kesadaran.
Lalu, balik lagi. Saya jadinya merasa kecewa bersama tim. Bukan kecewa karena meletakkan ekspektasi tinggi terhadap tim lalu kecewa mereka tidak bisa mewujudkannya untuk saya.
Makanya tadi sempat bilang, saya nggak begitu peduli soal kebahagiaan, ekspektasi, atau kebanggan pribadi.
Saya cuma berharap banget usaha yang ditanam tim ini bisa menuai hasil yang didambakan. Dari situ, tim pasti akan sangat-sangat bahagia dan bangga dan perasaan itu pasti nular ke kita.
Kemudian, harapan besar itu yang memantik kita untuk berbuat lebih banyak dalam mendukung tim ini. Berpengaruh atau nggak untuk tim, kita tetap mengusahakan memberikan support dan energi sesuai yang kita bisa.
Dengan tujuan pengen terus bareng-bareng dalam perjalanan tim ini.
Kadang kita juga memang melakukan hal-hal yang nggak rasional untuk mendukung tim. Contoh paling simple, kita yang tinggal di Indonesia nggak jarang harus begadang-begadang buat nonton bola, itu juga belum tentu menang, kan?
Saya nggak tau teman-teman gimana, tapi jujur saya nggak merasa "rugi" buat nonton dan support tim ini, apa pun hasilnya.
Misalnya, kita kalah saat pertandingan digelar tengah malam. Jujur ga pernah kepikiran "Rugi begadang kalau nggak menang"
Karena, ini memang agak nggak rasional juga sih, yang saya pikirin itu bukan saya gimana. Tapi gimana ngebayangin betapa kecewa, sedih, dan terlukanya tim ini...
Saya jadi mengesampingkan rasa bete karena kalah dan dampak kesehatan karena begadang, demi mikirin well-being pemain bola dan tim di Inggris yang mungkin ga kenal saya... Hahaha. Bahkan saya nggak pernah mikirin well-being tim saya di kerjaan beneran di jam 2 atau 3 pagi. Gak rasional kan? Tapi ya begitu rasanya.
Serius, kadang saya mikirin betapa kesalnya pemain ketika tahu ada peluang yang harusnya jadi gol atau kesalahan yang tidak perlu saat bertahan. Saya yakin mereka tahu apa yang seharusnya dilakukan dan geregetan sendiri begitu hal-hal di lapangan tidak berjalan dengan baik.
Atau ketika mereka terduduk di lapangan ketika peluit akhir berbunyi.
Atau ketika mereka besok paginya masih terngiang-ngiang hasil pertandingan dan harus mencoba sekuat tenaga untuk berpindah fokus.
Atau ketika mereka merasa kecewa dengan diri sendiri ketika usaha yang sudah di atas maksimal, rupanya masih belum cukup untuk mewujudkan mimpi besar itu...
Gak tega.
I don't care about my pride. Saya nggak ambil pusing soal ejekan apa yang akan bergulir di media mainstream dan media sosial... Media-media bebas mau bilang apa aja.
Kayaknya, diejek di media atau tongkrongan gak ada apa-apanya dibanding rasa sedih, kecewa, nyesek, marah dari tim kita...
Saya cuma berharap saya bisa ada di dekat tim ini dan memeluk mereka satu per satu dengan erat.
Menatap mata mereka satu per satu. Tidak usah bicara banyak, tapi menatap mata mereka dengan dalam seakan berkata, "I know you'll get through this!"
Hehe. Sampai sini mungkin terlihat terlalu sentimental dan berlebihan... Karena toh pemain juga sudah digaji tinggi, punya support system & staf yang akan membantu kan? Sebagai fans buat apa sehalu ini pengen ada di dekat mereka?
Tapi biarin aja ah. Saya pribadi selalu merasa lebih baik untuk merasa senang dan sedih bersama tim, alih-alih memposisikan diri sebagai konsumen yang lebih mudah complain...
After all.
We are supporters, not spectators, right?
Dengan saya memposisikan diri bersama tim, ketika rasa kecewa itu mampir, saya nggak sampai hati melampiaskannya ke tim. Lebih bisa mengontrol emosi juga.
Oh iya, sebelumnya maaf ya bukannya bermaksud "ngajarin" gimana untuk jadi fans... Saya lebih pengen menyampaikan perspektif pribadi aja. Semua orang pasti punya perspektif sendiri kan?
Habis ini, kita tatap musim berikutnya. Kasih yang terbaik buat support tim... Saya percaya kalau tim ini nggak akan menyia-nyiakan energi dari fans di seluruh dunia. Saya percaya tim ini masih bisa berkembang.
Lalu, kita akan tiba pada hari di mana seluruh rasa bahagia di dunia ini, kita bagi sama rata ke tim ini, Arsenal Football Club, dan pendukungnya di seluruh dunia.
Victoria Concordia Crescit.
Love.